Pemilih Transaksional (money oriented)
Menurut penilaiainku pribadi untuk Indonesia sekarang cenderung menjadi pemilih emosionalitas dan transaksionalitas. Hal ini tidak terlepas dari fenomena dan fakta yang terjadi di lapangan. Bagi pemilih, pemilu adalah kesempatan atau aji mumpung untuk memanfaatkan para poltikus yang berlaga. “Ada uang kakak disayang tak ada uang kakakpun ditendang”.
Netralitas juga mulai dipertanyakan khusus di perguruan tinggi, ASN, dan istansi-instansi pemerintahan yang kadang kalah lebih memperkeruh suatu keadaan. Seharus sebagai sarana sosialsasikan dalam mencerdas rakyat dalam menilai sebuah politik bangsa.
Beberapa pertanyaan yang menjadikan prihal penting dari pemilu bagi pemilih; Manfaat dan tujuan pemilu itu bagi masyarakat? Mengapa harus ikut pemilu? inilah beberapa indicator yang harus dijawab bagi kita semua.
Dinamika yang muncul beserta fakta real dilapangan dapat menjadikan sabab musabab dari rendahnya partisipan pemilu terhadap pesta besar di negara yaitu pemilu. Money Oriented, hoax dan tingginya tingkat apatis masyarakat tentang politik mempengaruhi maindset untuk berpartisipasi. So! wind solution (problem solving) yakni education politik itu sendiri.
Bersarkan pertanyaaan seputar pemilu ada sebuah analogi untuk menjadikan rujukan bagi pemilih dalam menentukan pilihan pada tanggal 17 April 2019; Pada suatu hari ada seorang ibuk pergi ke sebuah toko untuk membeli kebaya untuk acara wisuda anak pertamanya.
Ketika tiba di toko yang cukup ternama. Tertera kata khusus menjual pakaian wanita. Wanita tersebut langsung terpanah dengan model, warna dan bentuk kebaya. Dengan ramah sang pemilik toko pun menyapa" buk silahkan dilihat dulu mungkin ada yang menarik, ibuk boleh mencoba di kamar ganti, insyallah pas untuk ibuk.
Setelah kurang lebih satu jam memilih dan pasang bongkar di kamar ganti akhirnya jatuh satu pilihan dengan model kebaya yang menurutnya bagus.
Tiba-tiba ada pembeli lain kebetulan menyapa, buk ngapain yang ini, warna tidak bagus, yang lain juga ikut berkomentar model kurang menarik dengan argumen bla-bla. Walau sedikit kurang nyaman, ibuk pun menjawab yang itu bagus, yang sono juga bagus semua kebayanya cantik dan menarik.
Tapi, dalam menentukan pilihan saya punya pertimbangan, khususnya arti kata pantas menjadi tolak ukur. Dalam pilihan cantik, menarik, nyaman adalah ukuran untuk kata pantas.