Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sarkar, Revolusi Satu Suara adalah Solusi demi Bangsa yang Bermartabat

5 April 2019   09:18 Diperbarui: 5 April 2019   09:38 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ilustrated by; pixabay.com
ilustrated by; pixabay.com
Pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasioanal (RPJMN) juga telah menetapkan target kehadiran pemilih di TPS sebesar 77,5 persen. ini tantangan berat bagi penyelenggara pemilu dan Stakeholders terkait. 

Tidak mudah menaikan tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu karena motivasi pemilih datang ke TPS bukan saja ditentukan oleh penyelenggara pemilu Profesional dan berintegritas. Jauh lebih berpengaruh dan itu adalah kualitas peserta pemilu, termasuk daftar calon yang diajukan oleh partai politik peserta pemilu. 

Karena itu partisipasi pemilih dalam pemilu juga sangat dipengaruhi oleh kinerja partai politik dan rekam jejak calon/kandidat.

Tantangan pemilih pada pemilu 2019 lebih berat karena semakin kompleksnya penyelenggaraan pemilu. Pemilihan berhadapan dengan lima jenis surat suara di TPS butuh kecermatan pemilih untuk memastikan tata cara pemberian suara yang benar di Tempat Pemungutan Suara (TPS). 

Sosialisasi dan Pendidikan pemilih yang lebih massif dan intensif juga dibutuhkan untuk menurunkan angka suara tidak sah atau invalid vote dalam pemilu.

Empat pemilu nasional terakhir dan pelaksanaan pemilu berbagai daerah menunjukkan indikasi itu, Pada pemilu nasional misalnya, yaitu pemilu 1999 (92%), pemilu 2004 (84%), pemilu 2009 (71%), pemilu 2014 (73%) menjadi salah satu tantangan yang dihadapi dalam upaya untuk mewujudkan kesuksesan pemilu 20019. Banyak factor yang menjadi tingkat partisipasi mengalami tren penurunan. 

Diantaranya adalah jenuh dengan frekuensi penyelenggara pemilu yang tinggi, ketidakpuasaan kinerja sistem politik yang tidak memberikan kualitas hidup, mal administrasi penyelenggaraan pemilu, adanya paham keagamaan anti demokrasi, dan melemahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemilu sebagai instrument tranformasi social, dan lain sebagainya.

Apresiasi pemilih yang menggunakan hak pilihnya secara cerdas, sebagian pemilih kita terjebak dalam pragmatisme. Tidak semua pemilih datang ke TPS atas idealisme tertentu tetapi ada yang didasarkan pada kalkulasi untung rugi yang sifatnya material, seperti mendapatkan uang dan barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari.   

Pragmatisme pemilih ini sebagian disumbang oleh tingkat literasi politik yang relative rendah, melemahnya kesukarelaan masyarakat (voluntarisme) dalam agenda pencerdasan demokrasi, dan masifnya politik tunai dari kontestan pemilu.

Pemilu 2019 mesti menjadi titik balik persoalan partisipasi pemilih yang sebelumnya ada. Angka partisipasi pemilih harus meningkat dan inflasi kualitas memilih harus dipulihkan bahwasanya memilih adalah tindaka npolitik yang mulia.

ilustrated by; pixabay.com
ilustrated by; pixabay.com
Menurut Visco Putra Alexander, S.Ip,.M.Si (Komisioner KPU Kabupaten Rejang Lebong) dalam memberikan materi sosialisasi di Kec. Bermani Ulu Raya yang aku tangkap. ada beberapa factor penyebab "Golput" di masyarakat;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun