Sipadan ligitan hilang dipangkuan. Timor-Timor terlepas dalam rangkulan. Ambalat hampir hilang dari Pandangan. Apakah semua akan terulang! satu persatu berpisah dan hilang.
Ada yang berdiri dikaki sendiri. Dan ada yang menari-nari pada suatu negeri. Akh! NKRI. Aku bersedih, marah, takut dan gelisah jika tak cepat berbenah diri.Kalau tak mau kita jual ini negeri!
Lihatlah batik, kecapi, angklung kita. Tlah dirampas menjadi hak paten mereka. Ini akan hilang bahkan tlah terambil. Hahaha. Kita sangat sibuk, sibuk sekali. Marah-marah, berdebat sepanjang masa. lupa! cerita-cerita lalu yang pernah terjadi. Bisa jadi esok hari Borobudur, Rumah Gadang, Ampera, Prambanan bukan lagi milik kita.
Apakah kita asyik jatuh kedalam lobang yang sama. Atau kita impoten. Bernafsu tinggi tapi tak bisa tuk berbuat. Dan cendrung apatis, memandulkan pilar bangsa dan menikmati ke-impotensian.
Katanya, jas merah, jangan sesekali melupakan sejarah. Sejarah hanya nama studi pustaka.Tersususun apik di Museum benda antik bak pusaka.Referensi objek mahakarya picisan. Diksi indah terujar dan terangkai hangat tika berdebat. Mengevokasi dalam ceremony adegan roman simbolik belaka.Â
Puspa bangsa tertunduk layu sudah tak harum. Bak karangan ikebana, bunga artificial indah di mata. Hampa tak beraroma dan tak berjiwa. Sejarah akan berulang. Jika hanya tataran retorika diseminar ilmiah. Hanya jadi cerita pelipur lara tuk bocah tika pejamkan mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H