Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Klise Nama, Mau Makan Nangkanya tapi Tak Mau Kena Getahnya

10 Maret 2019   13:40 Diperbarui: 10 Maret 2019   13:50 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrated by; pixabay.com

 

Kekuasaan atau jabatan suatu kata atau nama yang memiliki takaran berbeda dalam aspek sebuah penilaian. Realita sekarang telah menunjukan banyak kita ingin menjadi salah satu di antaranya. Berbagai cara dilakukan dalam menyatakan kelayakan diri. Tipu menipu adalah ikhtiar untuk mewujudkan keinginan terlepas suka atau tidak suka orang lain terhadap kita cara ini mesti dilakukan.

Bahkan untuk mencapai tujuan harus memenuhi keinginan rela mengeluarkan biaya yang sangat besar. Lobi, sogok menyogok, perjanjian gelap bahkan menyewa akademisi atau media untuk mengenalkan diri berapapun bayaran akan dibayar. Bak salesman menawarkan produk dagangan ke konsumen dengan manistutur kata kaburkan mata, tutupi telinga dari produk yang lain. Akhirnya membuat binggung menetukan mana asli mana oplosan secara objektif atau subjektifitas.

Sang pencari nama untuk menduduki hampir sama teknik bermain peran dengan para pemain drama teater. Tetapi, mereka hanyalah sebuah peran ketika pertunjukan usai semua pernak-pernik yang melekat akan dilepas. Ketika itu dia akan kembali seperti semula. Mereka lebih beruntung. Masyarakat awan tahu bahwa itu cuma peran hanya untuk mencari sesuap nasi.

Bagaimanakah Potret Realitanya?

Manusia seringkali ingin mendapatkan yang lebih dari yang seharusnya, namun enggan untuk lebih bertanggung jawab, seperti misalnya keinginan manusia akan berbagai status dalam hidupnya. Ada macam-macam status yang diinginkan manusia. Namun yang justru seringkali terjadi adalah, bahwa dalam setiap status terkandung kewajiban dan tanggung jawab. Sisi ini sering diabaikan oleh orang-orang  yang memburu status. Orang mau status dan hak-haknya, tetapi tidak mampu menanggung kewajiban dan tanggung jawab yang ada di dalamnya. Betapa banyak orang  menginginkan kedudukan tinggi dan gaji dan upah yang tinggi, tetapi tidak mau menjalankan pekerjaan dan tanggung jawabnya dengan baik.

Kalau semua orang ingin statusnya tetapi tidak mau kewajiban dan tanggungjawabnya, apa yang bakal terjadi? Dapatkah kita bayangkan, Apa yang akan terjadi jika suatu kehidupan ini tanpa ada satupun manusia yang mestinya bertanggungjawab?

Secara obyektif menyerahkan suatu tugas kepada orang yang tidak bertanggung jawab memang mengundang kegagalan. Seseoarang bertanya kepada Rasulullah SAW kapan terjadi kiamat. Beliau menjawab:" apabila hilangnya amanah, tunggulah kiamat." Orang tadi bertanya lagi: "bagaimana hilangnya amanah itu? Rasulullah menjelaskan: Artinya: Apabila suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, tunggulah kiamat".(H.R Bukhari).

Terhadap diri kita sendiri sekalipun kita punya hak sekaligus sebagai kewajiban dan tanggung jawab. Rasululah  bersabda: "Sesungguhnya ada bagi dirimu (kewajiban menunaikan ) hak dan bagi jasadmu bagimu (kewajiban memenuhi) hak". (H.R Bukhari).

Dalam sebuah lirik lagu Iwan Fals "yang terlupakan", mungkin dapat dijadikan sebagai kontemplasi akan suatu keinginan. Berubah  bentuk,  warna, level, strata, identitas, status dan sebagainya adalah penting dan manusiawi, tetapi tidak melupakan esensinya  yaitu komitmen dan konsistensi. Dalam bahasa Inggris The Right Man In The Place (orang yang tepat pada posisi yang tepat). Mau memakan nangkanya, tanpa mau kenah getahnya atau orang makan nangkanya kita dapat getahnya. Karena Hak ialah sesuatu yang semestinya kita peroleh atau dapatkan. Sedangkan kewajiban ialah sesuatu yang semestinya kita penuhi dan tunaikan. Pelaksanaan dan pemenuhan kewajiban merupakan tanggung jawab artinya tanggung jawab ialah pemenuhan dan pelaksananan hak serta kewajiban sesuai dasar, kriteria, tatanan dan tuntunan yang ada dengan segala hasil resiko yang mungkin terjadi dalam proses pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Dalam Pepatah Lama "lancang kuning berlayar banyak, haluan tertuju ke laut dalam, kalau nakhoda kurang bijak, alamat kapal akan tenggelam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun