Aroma kopi yang disangrai di bagian belakang kedai semakin memperkuat suasana nostalgia. Haji Solong, pemilik kedai, menegaskan bahwa kesederhanaan ini sengaja dipertahankan karena banyak pelanggan lebih menyukai suasana yang tetap otentik seperti dahulu.
Haji Solong menceritakan pengalamannya berbicara dengan para pelanggan. Ia pernah mencoba menanyakan apakah mereka setuju jika suasana kedai diubah menjadi lebih modern, namun sebagian besar pelanggan lebih memilih agar suasana tradisional ini dipertahankan. Mereka merasa nuansa inilah yang menjadi daya tarik utama kedai.
Tidak hanya suasananya yang dijaga, cara penyajian kopi yang menjadi ciri khas Kedai Solong pun tetap dipertahankan. Metode penyeduhan saring yang digunakan di sini menjadi salah satu daya pikat tersendiri. Atraksi para barista saat menyajikan kopi dengan mengangkat saringan tinggi-tinggi menciptakan pemandangan yang memikat.
Proses penyeduhan dimulai dengan menuangkan bubuk kopi yang telah diseduh air mendidih ke dalam saringan, lalu saringan tersebut diangkat dan digerakkan ke atas dan ke bawah dengan tangan kanan. Teknik ini memungkinkan asap kopi terurai oleh hembusan angin, sehingga aroma dan rasa kopi semakin terasa nikmat. Setelah kopi disaring kemudian disajikan dalam cangkir.
Pelanggan dapat meminta tambahan gula atau susu sesuai selera. Namun, kebanyakan penikmat lebih memilih kopi tanpa tambahan, karena rasa kopi robusta yang disangrai di sini memiliki kepahitan yang lembut, tidak terlalu kuat.
Menurut Haji Solong, teknik saring ini membuat rasa kopi lebih merata dan lebih enak dinikmati. Proses penyaringan dilakukan hingga dua atau tiga kali agar hasilnya maksimal. Ia juga menjelaskan meskipun kedai ini memiliki teknik penyajian kopi dengan mesin untuk kopi arabika, robusta tetap lebih nikmat disajikan dengan teknik tarik.
Bagi penikmat kopi robusta, Kedai Solong menyediakan beberapa menu pilihan seperti kopi pancong dan kopi sanger, dengan harga yang terjangkau, masing-masing seharga 7.000 rupiah dan 15.000 rupiah.
Selain tetap mempertahankan ciri khas penyajian sejak kedai ini berdiri, Kedai Solong juga terus menjaga teknik tradisional dalam mengolah kopi, yaitu dengan menggunakan metode sangrai yang dibakar menggunakan tungku kayu.
Haji Solong menjelaskan penggunaan kayu dalam proses pengolahan kopi bertujuan untuk mempertahankan cita rasa asli. Menurutnya, metode pengolahan dengan kayu dapat menjaga buih rasa kopi, berbeda dengan penggunaan mesin yang sering kali membuat hasil sangrai kurang merata karena adanya penguapan dalam proses pemasakan.
Teknik tradisional ini terus dilestarikan meskipun sekarang kedai dikelola oleh Haji Nawawi, generasi kedua yang meneruskan usaha dari ayahnya, Muhammad Saman.
Dalam salah satu kisahnya, Haji Nawawi menceritakan asal-usul nama Solong. Ia mengungkapkan nama tersebut berasal dari kebiasaan orang-orang yang memanggil ayahnya, Muhammad Saman, dengan sebutan "Solong." Sebelum mendirikan kedai pada tahun 1965, ayahnya bekerja di sebuah tempat produksi kopi milik seorang pengusaha Tionghoa. Setelah kepemilikan usaha berpindah tangan kepada Muhammad Saman, sebutan "Solong" yang sudah melekat pada dirinya pun kemudian diadopsi sebagai nama kedai.