Dengan ada sikap yang ditunjukan nabi tersebut sangat jelas, sebesar apapun besarnya pengaruh derajat dan pangkat seseorang tetap saja ia adalah seorang hamba. Seorang hamba tentu tidaklah bersih dari kesalahan. Jika orang yang kita hormati berbuat keliru, maka tidak ada salah memberikakan kritik secara konstruktif dan dengan menyampaikan pendapat secara jelas, sopan dan bermartabat. Penting untuk fokus pada hal-hal yang dapat diperbaiki dan memberikan solusi yang membangun, bukan mengecam atau mencaci maki. Menjaga rasa hormat dan menghargai pandangan orang lain adalah kunci penting dalam komunikasi yang efektif dan bermakna.
Mengkultuskan tokoh atau individu yang dikaguminya dalam bentuk ekstrem dapat berdampak negatif pada individu dan masyarakat, seperti mengabaikan nilai-nilai yang lebih penting, memicu fanatisme dan intoleransi, serta merusak hubungan sosial. Oleh karena itu, penting untuk memiliki sikap moderat (tawassuth) dan proporsi dalam mengapresiasi dan menghormati figur yang diidolakan.
Seorang ulama, tokoh publik, atapu siapapun dia yang memiliki kharismatik memang layak dicintai dan dijadikan sebagai panutan karena memang meraka berhak untuk mendapatkan itu, sebagai efek dari ketaatan mereka kepada Allah dan Rasulnya. Tetapi harus disertai dengan akal sehat bahwa mereka bukanlah manusia terjaga dari dosa dan noda. sebatas pada hal-hal yang baik dan tidak melanggar norma agama.
Kultus Individu dapat Merusak AkidahÂ
Sikap fanatisme terhadap figur yang mengarah apada pengkultusan indvidu dapat memiliki pengaruh negatif pada ajaran agama yang sebenarnya. Fanatisme dapat membuat orang menjadi buta terhadap kebenaran dan memaksa orang lain untuk menerima pandangan mereka sendiri. Ini dapat merusak hubungan antar sesama manusia dan bahkan mengarah pada konflik dan kekerasan. Tidak hanya itu jika tidak diwaspadi bisa meluruhkan akidah karena terjerumus pada perbuatan syirik.
Di atas sudah dijelaskan bahwa pengikut Nabi Nuh terjurumus pada sikap fanatisme buta terhadap orang-orang yang shalih dengan menjadikan pujaan sebagai patung-patung berhala.
"dan mereka (umat nabi Nuh) berseloroh: Â "Janganlah pernah kamu sekalian meninggalkan tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penghambaan terhadap) Wadd, Suwa, Yagus, Ya'uq, dan Nasr." (QS. Nuh: 23).
Dalam kitab Fathul Majid, didapat penjelasan  Ibnu Abbas bahwa Yagus, Ya'uq, dan Nasr adalah nama-nama orang-orang salih yang dipuja kaum nabi Nuh yang diepertuhankan. Meskipun awalnya hanya sebagai bentuk apresia terhadap prestasi dan dan jasa-jasa mereka, namun mereka tidak mampun menghalau bisikan syetan agar menjadikan patung tersebut dijadikan sebagai tuhan yang harus disembah.
Sikap kultus individu terhadap figur yang diidolakan secara ekstrim  menjadikan seseorang memiliki sikap fanatisme buta yang tidak mau mengakui kebenaran orang lain kecuali dari figur yang dikaguminya. Meski, tidak jarang jarang idolanya melakukan sebuah kesalahan dia tetap setia mengikutinya.
Dalam ajaran Islam sikap tersebut merupakan Tindakan yang harus dijauhi. Allah secara tegas sudah menyatakan hal itu:
"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melewati batas dalam kamu beragama, dan janganlah kamu mengeluarkan sebuah perkataan kepada Allah kecuali kebenaran." (QS. An-Nisa: 171).