Mohon tunggu...
Muklinatun Sofa Nafisah
Muklinatun Sofa Nafisah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - sophaaa

sedang berusaha untuk bisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berjalan di Atas Cita-Cita Orang Tua

26 Juli 2024   08:56 Diperbarui: 26 Juli 2024   09:03 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah memasuki hari-hari masuk kuliah, Viona sudah mencoba menerima dan enjoy dengan kehidupannya saat ini, meskipun tak jarang ia menghubungi sahabatnya yang lain kalau belum bisa menerima kenyataan ia harus melanjutkan ke perguruan tinggi. Akan tetapi, semua temannya selalu menanggapi dengan sikap yang positif agar Viona tidak terus larut dalam penyesalan yang dalam. Hingga tiba pada suatu hari, Viona merasa capek dengan segala urusan di kuliahnya, awalnya ia hanya bisa memendam perasaannya sendiri dengan menangis di kamar kos. Namun, lama kelamaan ia menjadi tidak kuat, ia memutuskan untuk pulang saat weekend.

Sesampainya di rumah ia bertemu dengan ibunya dan menangis lalu mengatakan bahwa ia ingiin untuk tidak melanjutkan kuliahnya lagi. Namun respon ibunya sangat di luar dugaan. Ibu Viona marah besar terhadapnya, menolak keputusan Viona dan memaksanya untuk tetap melanjutkan kuliahnya bagaimanapun keadaannya. Ibunya sama sekali tidak mau mendengar apapun tentang keluh kesah dan keresahan hati Viona, dengan raut wajah marah, ibunya langsung pergi meninggalkan Viona yang saat itu terduduk di ruang tengah. Viona semakin menangis tersedu-sedu karena tidak ada seorangpun yang mengerti perasaannya. Begitupun dengan sikap kakaknya yang menambah dukungan untuk ia harus kuliah.

Viona menuju ke kamarnya ia mengunci pintu kamar dan melanjutkan menangis. Ia hanya bisa memeluk lukanya sendiri, bahkan orang yang paling mengertinya yaitu orang tua dan saudaranya pun tidak pernah mau mendengarkan isi hatinya dan kemauannya.

Viona : "Tuhan kenapa begitu terjal jalan yang kau tunjukkan padaku?" ia berbicara dengan sesenggukan.

Viona memilih untuk tidur demi menenangkan pikirannya yang kalang kabut. Tujuan kepulangannya ingin mengadu namun ternyata ia hanya membuat ibunya marah. Di dalam kamar Viona hanya bisa menangis tanpa memperdulikan apapun, tugas kuliah pun ia biarkan. Ia terus menangis sampai tertidur.

Pagi hari ia bangun dengan kepala yang berat namun tetap ia paksakan untuk beranjak dari ranjang. Hari ini ia memutuskan untuk kembali ke kos, karena di rumah pun tidak menyelesaikan masalahnya. Setelah bersiap ia menemui ibunya untuk berpamitan, namun ibunya tetap pada sikap yang sama tidak berbicara sepatah kata pun. Kemudian ia menemui ayahnya di belakang rumah. Saat Viona mengulurkan tangan kemudian ayahnya membuka suara "Kamu masih betah apa ndak sama kuliahmu", tanpa menjawab apapun air mata Viona langsung jatuh tanpa aba-aba. Ia kembali menangis dengan kepala di pangkuan ayahnya. "Vi usahain ya yah, ayah doa'in Vi semoga bisa sampai tamat kuliahnya" Viona menjawab dengan napas tersenggal-senggal. "Kalau memang kamu udah ngga sanggup yaudah gausah di terusin, cari apa yang kau inginkan, nak" ayahnya berkata sambil mengelus lembut kepala Viona. Sontak Viona menggelengkan kepalanya, karena ia tau betul, walaupun ayahnya mengizinkan untuk cabut kuliah, ibunya tidak akan pernah ridho dengan keputusan itu. Hal tersebut akan semakin menyulitkannya di masa depan.

"Aku pamit dulu ya yah" Viona mengambil tangan ayahnya kemudian menyalaminya. Ia langsung melesat dengan motornya kembali ke kos lagi.

***

Viona tidak langsung menuju kos, namun ia menemui Dito terlebih dahulu. Hanya sekedar menenangkan hatinya, toh Dito tidak bisa diajak diskusi serius. Namun, bagi Viona, Dito adalah satu-satunya teman yang bisa membuatnya tersenyum kembali meski seberat apapun beban hatinya. Selain itu juga Dito pendengar yang baik, tidak pernah menjudge setiap apapun yang diungkapkan Viona. Mereka berdua sangat klop saat bersama, dengan karakter keras Viona namun selalu memberi solusi atas keluh kesah Dito dan Viona juga tipe orang yang smart baik dalam hal akademik maupun emosional, sedangkan Dito memiliki karakter cerdas, lembut, tenang, dan suka membuat candaan ringan.  

***

11 bulan sudah, sejak kejadian Viona pulang ke rumah. Ia sudah merasa lebih baik dari sebelumnya dan menjalani hari-hari seperti biasanya. Ia mencoba untuk tetap fun menjalani kehidupan dengan mengikuti beberapa kegiatan kampus agar melupakan masalah perasaannya. Ia mengikuti banyak kegiatan baik di dalam maupun di luar kampus untuk menambah prestasi dan juga relasi. Lama kelamaan ia telah mengubah mindset tentang kuliah dan menambah banyak teman-teman baru di kampus, sehingga kehidupan kuliahnya menjadi lebih berwarna. Akan tetapi, pertemanannya dengan Dito harus berakhir asing, karena semenjak mereka berpisah dan beda perguruan tinggi, Dito semakin susah dihubungi dan sudah tidak pernah berkabar lagi.

-Askara Perdwita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun