Mohon tunggu...
Muklas Iwor
Muklas Iwor Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

The Important thing is Prayer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melihat Front Pembela Islam (FPI) dari Dua Sudut Pandang

15 Juni 2022   22:52 Diperbarui: 15 Juni 2022   23:30 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara historis, perbedaan yang diikuti saling mencela dan menyalahkan sudah terjadi dalam sejarah Islam. Ali bin Abi Talib dan Muawiyah keduanya adalah sahabat nabi yang harus adu otot karena saling mengkafirkan satu sama lain. Kekuatan yang sudah lama dihimpun pecah seketika, tiada lagi persaudaraan, yang ada hanya pembenaran diri sendiri dan penyalahan orang lain dan diberi derajat 'kafir' serta halal darahnya. Ini merupakan pelajaran berharga bagi kaum muslim sesudah mereka. 

Pelajaran yang harus diperhatikan dalam perbedaan adalah perbedaan yang ditempuh oleh ulama mazahib arba'ah (mazhab yang empat). Perbedaan yang mereka utarakan bukanlah suatu perpecahan tetapi suatu kesepakatan dalam perbedaan, sepakat walau tidak sependapat yang berbias pada rasa toleransi yang tinggi. Mazhab apapun yang dianut oleh kaum muslimin para pendiri mazhab tidak pernah mencela apalagi menyalahkan. 

Mengapa terjadi perbedaan dalam Islam padahal bersumber pada kitab yang sama?. Di sinilah kemukjizatan al-Quran dengan unsur balagah (stilistik), struktur kalimat (morfologi) dan Nahwu (sintaksis) yang ada di dalamnya. Al-Quran tidaklah statis dan jumud, satu kata dan kalimat dapat ditinjau dari berbagai aspek. Dengan demikian, jelas akan berbeda penafsiran Zamakhsyari dalam 'al-Kassyaf' dengan Ibn Katsir dalam 'Tafsir al-Quran al-'Azim'. 

Tentu akan berbeda pula penafsiran Buya Hamka dengan penafsiran Quraish Shihab dalam tafsirnya 'al-Misbah'. Semua penafsiran hanyalah sarana mendekati kebenaran dan bukan suatu hal yang mutlak. Diferensiasi ini terjadi sesuai dengan perkembangan faktor bahasa dan ilmu pengetahuan manusia. Namun apakah para mufassir kontemporer menyalahkan para pendahulu mereka? Tidak. Namun penafsiran terdahulu merupakan landasan awal dalam mewujudkan penafsiran yang kontemporer, aktual dan akseptebel bagi manusia masa kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun