Dari pernyataan undang-undang tersebut semakin menambahkan bukti bahwasanya pendidikan karakter mempunyai porsi dan posisi yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Tapi mengapa pendidikan di Indonesia masih menjadikan kemampuan kognitif sebagai standar kelulusan? Mengapa lembaga pendidikan memberikan presentase yang lebih banyak terhadap ujian nasional daripada hasil evaluasi secara menyeluruh terhadap semua mata pelajaran?
Konsep pendidikan karakter sebenarnya sudah lama ada di dalam ajaran agama islam. Yaitu semenjak diutusnya nabi Muhammad SAW menjadi rasul utusan Allah SWT sebagai nabi akhir zaman. Diutusnya nabi Muhammad SAW dengan tugas utamanya yaitu menyempurnakan akhlak, karakter, dan budi pekerti manusia seluruh alam. Rasulullah SAW bersabda: “Innama bu’itstu liutammima makarimal akhlaq” yang artinya “Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad SAW) hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur.” (HR Ahmad Nomor 8952 dan Al-Bukhari dalam “Adabul Mufrad” Nomor 273. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Adabul Mufrad.)
Kalimat “makarimal akhlaq” (akhlaq yang mulia) dalam kutipan hadits diatas merupakan perintah dari Allah SWT untuk mendidik dan menyempurnakan akhlak manusia yang sejatinya merupakan dasar pokok untuk membangun kehidupan dan peradaban manusia. Membangun kehidupan yang damai, lembut dalam berperilaku, harmonis dalam berumah tangga, serta peduli terhadap sesama. Bukan justru malah membangun permusuhan, perseteruan, yang dapat merambat menuju pertentangan dan peperangan, meminimalisir bentrok dan kerusuhan, sehingga terbina kebahagiaan dalam berkehidupan siosial.
Dalam agama islam akhlak dan karakter merupakan sasaran utama dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ulama yang memerintahkan para penuntut ilmu untuk memperbaiki adab seseorang jika hendak menuntut ilmu. Hampir semua ulama sepakat bahwa “al adabu qoblal ilm” yang artinya adab itu sebelum ilmu. Maksudnya seorang penuntut ilmu harus belajar adab terlebih dahulu sebelum mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya.
Akhlak mulia dan hati yang jernih akan menjadikan apa yang hendak kita pelajari semakin mudah tersampaikan dan mudah dipahami. Itulah yang menjadikan alasan mengapa para ulama terdahulu ilmunya luas dan membawa keberkahan. Karena sangat mengagungkan adab dan baru kemudian terlatih dan terbiasa untuk memuliakan ilmu dan sumber ilmu pengetahuan.
Itulah beberapa upaya untuk memajukan pendidikan Indonesia. Sebagai warga negara yang baik kita harus ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Salah satunya yaitu dengan menanamkan etika dan akhlak kepada anak, saudara, dan kerabat kita. Karena, akhlak akan membawa kita kepada kesejukan hubungan dan kelembutan pikiran. Dan pada akhirnya akan lahir negara yang berkeadilan, negara yang diridhai Allah, dan negara yang berkemakmuran akan menjadi bagian dari realitas kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H