Oleh: Mukhtar Habib
Percaturan sinema dunia alam tua di sini aku berbakti
Bertaut beban seakan-akan pergi mendaki langit Mesopotamia
Terperanjat tergantung masih di bukit Kis di kota Arkaddia sana
Jauh berangan, terlunta-lunta menghirup napas segar penuh enggan
Satuan itu belum dapat terlihat sepasang mata ku
Otak ku berpikir setelah lelah ku, mencoba Merakit Pikiran Alam Dewata  Â
Angka Masehi ini sedikit mendobrak tujuan ituÂ
Kembali merajut jiwa kontemporer para dewa
Tenang seyogyanya berdamai dengan diri sendiri
Ingin ku katakan seperti para pujangga masa lalu
Bersendu-sendu di dalam euforia sastra dari sajakÂ
Sesekali terasa perubahan frasa kehidupan dan rasa
Kranapaksa menjadi hitungan kemajuan langkah dalam hitungan bulan
Niat ku sejadi-jadinya itu, mengharap menghisap lalu mengendap hidup lalu mati
Seruah ku sekeras-kerasnya memanggilnya
Energi itu kuat mahal tak terkendali
Simbol perkasa sang kesatria masa lampau
Tuhan kata dia sindiran itu obat
Tapi bagaimana kah dengan keadaan ini
Ujung jari tak sekuat elang mencengkram mangsanya
Telapak kaki jua tak setegar Gilgames seorang raja Ur yang dikenang sepanjang masa
Seantero pun tahu  dunia ini butuh itu apa lagi tentang cinta
Tata letak semesta itu pun Engkau buat penuh keseimbanganÂ
Ku tak ragu Tuhan, tapi pulang masih jauh bawa sebongkah emasÂ
Pilihan ku tetap Tuhan, Merakit Alam Pikiran Dewata bersama kembali
Deli Serdang, 6 Januari 2025
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H