Mohon tunggu...
Mukhtar Habib
Mukhtar Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas, Wartawan di salah satu Media Harian/Online. Penulis Ofisial PON XXI 2024. Penulis Novel.

Simpel dan sederhana. Berusaha berpikir positif akan sesuatu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merakit Pikiran Alam Dewata

6 Januari 2025   20:45 Diperbarui: 6 Januari 2025   20:45 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merakit Pikiran Dewata. Foto:  KATRIN BOLOVTSOVA

Oleh: Mukhtar Habib

Percaturan sinema dunia alam tua di sini aku berbakti

Bertaut beban seakan-akan pergi mendaki langit Mesopotamia

Terperanjat tergantung masih di bukit Kis di kota Arkaddia sana

Jauh berangan, terlunta-lunta menghirup napas segar penuh enggan

Satuan itu belum dapat terlihat sepasang mata ku

Otak ku berpikir setelah lelah ku, mencoba Merakit Pikiran Alam Dewata   

Angka Masehi ini sedikit mendobrak tujuan itu 

Kembali merajut jiwa kontemporer para dewa

Tenang seyogyanya berdamai dengan diri sendiri

Ingin ku katakan seperti para pujangga masa lalu

Bersendu-sendu di dalam euforia sastra dari sajak 

Sesekali terasa perubahan frasa kehidupan dan rasa

Kranapaksa menjadi hitungan kemajuan langkah dalam hitungan bulan

Niat ku sejadi-jadinya itu, mengharap menghisap lalu mengendap hidup lalu mati

Seruah ku sekeras-kerasnya memanggilnya

Energi itu kuat mahal tak terkendali

Simbol perkasa sang kesatria masa lampau

Tuhan kata dia sindiran itu obat

Tapi bagaimana kah dengan keadaan ini

Ujung jari tak sekuat elang mencengkram mangsanya

Telapak kaki jua tak setegar Gilgames seorang raja Ur yang dikenang sepanjang masa

Seantero pun tahu  dunia ini butuh itu apa lagi tentang cinta

Tata letak semesta itu pun Engkau buat penuh keseimbangan 

Ku tak ragu Tuhan, tapi pulang masih jauh bawa sebongkah emas 

Pilihan ku tetap Tuhan, Merakit Alam Pikiran Dewata bersama kembali


Deli Serdang, 6 Januari 2025

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun