Mohon tunggu...
Mukhtar Adi Permana
Mukhtar Adi Permana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Economics Student at Muhammadiyah University of Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tahlilan Dusun Tegiri II: Mempererat Silaturahmi dan Perkuat Nilai Spiritual di Era Modernisasi

25 Februari 2024   20:20 Diperbarui: 25 Februari 2024   20:23 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi tahlilan merupakan salah satu tradisi keagamaan yang banyak dilakukan oleh umat Islam di Indonesia. Tradisi ini biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu, seperti malam Jumat, hari ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000 setelah kematian seseorang. 

Tujuan utama dari tradisi tahlilan adalah untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia. Doa yang dipanjatkan diharapkan dapat membantu meringankan siksaan orang yang meninggal dan mengantarkannya ke surga.

Tradisi tahlilan juga menjadi pengingat bagi orang yang masih hidup bahwa kematian adalah suatu hal yang pasti. Hal ini diharapkan dapat mendorong orang untuk selalu berbuat baik dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.

Tradisi tahlilan rutin setiap malam Jumat di Dusun Tegiri II, Hargowilis, Kec. Kokap, Kab. Kulon Progo, Yogyakarta, masih lestari hingga saat ini. Kegiatan ini menjadi wadah bagi warga untuk mendoakan leluhur dan mempererat silaturahmi.

Selama bertugas Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Dusun Tegiri II pada bulan Januari-Februari 2024, saya berkesempatan mengikuti kegiatan tahlilan ini. Setiap malam Jumat, warga berkumpul di rumah salah satu warga secara bergiliran.

Kegiatan tahlilan diawali dengan membaca surat Yasin dan tahlilan secara bersama-sama. Dilanjutkan dengan doa bersama mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia.

Suasana hangat dan penuh kekeluargaan terasa dalam setiap kegiatan tahlilan. Warga saling bercengkrama dan berbagi cerita. Tradisi ini bukan hanya bermanfaat secara spiritual, tetapi juga sosial dan budaya. Melestarikan tradisi tahlilan merupakan tanggung jawab bersama agar nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya dapat terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Di tengah era modernisasi, tradisi tahlilan di Dusun Tegiri II menjadi contoh bahwa nilai-nilai luhur budaya dan agama masih terjaga. Tradisi ini diharapkan dapat terus dilestarikan sebagai identitas dan pemersatu masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun