Pendekatan wacana semacam ini yang harus terus menerus dikembangkan, ditemukan landasan teorinya dan mekanisme operasionalnya. Simpulan-simpulan teori, strategi dan mekanisme operasionalnya, akan mengantarkan pada gerakan bersama seluruh elemen sosial dengan beragam latar belakang untuk terlibat dalam upaya-upaya pencegahan transmisi HIV dan AIDS.
Tanpa melalui proses pengembangan alternatif semacam ini, debat berkepanjangan ini akan terus terjadi dan bahkan hampir bisa dikatakan tidak akan menemukan kata sepakatnya dalam menyikapi transmisi virus yang terus menerus menigkat setiap tahunnya. Kerugian dari seluruh sisi sosial juga akan terjadi, akibat kematian-kematian yang ditimbulkan akibat AIDS. Ketersediaan generasi yang berkualitas di masa depan juga akan menjadi persoalan serius.
Pada akhirnya, negara harus mampu menyelesaikan berbagai persoalan sosial, membangun gerakan bersama dengan melibatkan berbagai elemen sosial. Dengan demikian, akan sampailah pada suatu simpulan, HIV dan AIDS akan menjadi persoalan bersama, manakala terjadi dekonstruksi cara pandang dari pandangan medis semata-mata, moralitas semata-mata ke pandangan baru, HIV dan AIDS merupakan problem sosial yang berkait erat dengan sistem relasi kuasa yang timpang. Cara pandang ini, secara otomatis, akan mampu menggerakkan seluruh potensi sosial untuk terlibat dalam agenda-agenda pencegahan HIV dan AIDS, dengan peran-peran masing-masing, bukan malah saling menghancurkan dan menghalangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H