Mohon tunggu...
Mukhlis Syakir
Mukhlis Syakir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nyeruput dan Muntahin pikiran

Mahasiswa Pengangguran yang Gak Nganggur-nganggur amat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Seni Mendramatisasi Hidup

16 Maret 2024   01:24 Diperbarui: 16 Maret 2024   01:30 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                Uniknya manusia, bukan sekedar menjadi objek yang terdramatisasi oleh lingkungan. Seringkali manusia pula yang menjadi subjek yang mendramatisasi hidup. Manusia adalah subjek sekaligus objek dari dramatisasi kehidupan. Untuk mengubah mood-nya misal, Saya sendiri menggunakan musik sebagai media pengubah. Jika sedang ingin tobat, saya setel musik-musik nuansa sufistik. Jika sedang ingin semangat, musik-musik dengan ritme cepat yang dipasang.

                Dramatisasi lewat penciuman, bisa dengan penggunaan wewangian tertentu. Aroma-aroma yang kuat wangi bunganya misal, cocok untuk beribadah. Aroma segar cocok untuk berolahraga. Ini yang kalau tak salah juga menjadi cara Muhammad Hatta dalam belajar. Ia menggunakan wewangian tertentu untuk mengingat apa yang sedang dipelajari. Maka tak heran jika aroma parfum tertentu bisa mengingatkan Kita pada memori bersama dengan si dia di masa lalu.

                Seni dramatisasi hidup sekali lagi adalah hal penting bagi Kita agar hidup terasa lebih berwarna, beragam, berasa, berenergi, bersuara, dan tidak membosankan seperti robot yang bekerja tanpa jiwa. Mau tidak mau, suka tidak suka, ragam pencerapan baik berupa permainan warna dalam penglihatan, musik dalam pendengaran, wewangian dalam penciuman, rasa pada pengecapan, dan sensasi dari peraba. Merupakan makanan jiwa yang harus dikelola sebaik mungkin sebagai wujud syukur pada Tuhan Semesta Alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun