Mohon tunggu...
Mukhlis Syakir
Mukhlis Syakir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nyeruput dan Muntahin pikiran

Mahasiswa Pengangguran yang Gak Nganggur-nganggur amat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Skizowahabia

9 Februari 2024   19:19 Diperbarui: 9 Februari 2024   19:28 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar milik Pribadi

Rasanya Gus Miftah perlu belajar pada Tretan muslim yang siap berdialog dengan Felix Siauw. Dalam hal ini Gus Miftah dengan pendukung Anis yang katanya Wahabi. Lets Say PKS, dkk.

Permusuhan internal umat beragama ini memang tidak pandang agama. Di setiap agama pun rasanya lebih sulit bertoleransi dengan mereka yang memiliki tipis perbedaan dalam hal keimanan daripada mereka yang jelas-jelas berbeda. Hal ini mungkin karena perbedaan sekte lebih mudah menyulut perebutan Tuhan (kebenaran). Karena kalau dengan orang yang berbeda agama sudah jelas-jelas berbeda kiblat.

Ibarat kata kalau dibuat sebuah percakapan akan menjadi seperti ini:

Sunni: "Eh, beragama itu tidak harus berjanggut loh!"

Wahabi: "Gak kek begitu, Nabi juga berjanggut!"

Ketika nyelip orang kristiani: "Eh, Yesus (Isa) itu berambut panjang loh!"

Sunni maupun Wahabi kompak menyatakan gak kenapa-napa. Toh Isa di agamamu kan Tuhan. Sedangkan bagi Kami dia hanya seorang nabi. Jadi bagimu agamamu bagiku agamaku.

Perbedaan internal dalam agama ini beberapa kali dijadikan sebagai alat politik. Bahkan oleh para penguasa negara-negara Islam zaman dahulu. Muhammad al-Fatih pernah memanfaatkan perbedaan antara Kristen Ortodoks dan Kristen Katolik. Terlepas dari alasan apakah memang ada intimidasi dari penguasa Konstantinopel saat itu atau tidak. Momen datangnya bala bantuan dari Vatikan yang berpahamkan Katolik digunakan untuk memecah masyarakat Konstantinopel yang mayoritas Ortodoks.

Pun Barat yang senang memanfaatkan Konflik Suni Syiah di Timur Tengah. Demi mendapatkan Emas Hitam (minyak), sudah menjadi rahasia umum jika Barat mempropaganda Basyar Asad sebagai Syiah yang mengancam keberadaan Sunni. Masih teringat di benak saya bagaimana rasa takut itu juga sampai ke Indonesia sekitar tahun 2015. Dengan dalih Houthi yang merupakan minoritas Syiah di Yaman dianggap memberontak pada pemerintahan sah. Minoritas Syiah di Indonesia begitu dicurigai saat itu.

Skizowahabia jauh lebih berbahaya dari sekedar Phobia Wahabi. Phobia Wahabi masih jelas menyasar pada orang-orang yang teridentifikasi Wahabi dalam sudut pandang tradisionalis sebagai aliran sesat dan mengancam kedaulatan negara. Sedangkan Skizowahabia, baru saja dugaan Anis karena berkawan dengan PKS. Dianggap sebagai berkawan dengan Wahabi yang mengancam kedaulatan. Padahal banyak juga orang-orang PKS yang Nahdliyyin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun