Mohon tunggu...
Mukhlis Syakir
Mukhlis Syakir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nyeruput dan Muntahin pikiran

Mahasiswa Pengangguran yang Gak Nganggur-nganggur amat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Pagi Amat, Mau Ngejar Apa Sih?

11 Januari 2024   16:48 Diperbarui: 11 Januari 2024   23:43 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa sudah sekitar lima tahun tidak lagi mengalami panas-panasan upacara hari senin. Itu artinya masa sekolah sudah terlewat satu masa jabatan presiden ataupun walikota. Beberapa dampak diantaranya ialah tidak mengenal hari Senin. Semua hari menjadi sama.

Hari Senin untuk anak sekolah memang selalu menjadi hari yang harap-harap cemas. Berharap untuk yang punya doi. Cemas untuk yang tidak suka upacara. Entah berapa persentase antara yang suka atau tidak suka upacara. Yang jelas sejauh ngobrol dan saya rasakan dengan teman tentu upacara agaknya memang bikin malas.

Selain upacara yang harus panas-panasan, hujan-hujanan, dan mematung tak bergerak (kecuali paduan suara dan petugas lain). Razia juga biasanya dilakukan di hari Senin. Setiap sekolah mungkin punya tradisinya masing-masing.

Pengalaman Saya sendiri biasanya pasca upacara kesiswaan selalu mengadakan khutbah kedua. Entah itu pengumuman aturan baru, mengingatkan, ataupun unjuk prestasi seminggu ke belakang.

Akan tetapi yang paling menggelisahkan dari dunia sekolah bagi saya ialah jadwal sekolah. Mungkin dulu hari Senin saja yang jadwalnya lebih ketat.

Tapi sekarang, kok setiap harisekolah itu kayak hari senin ya? Fikir saya. Dulu maksimal gerbang ditutup itu jam tujuh kecuali hari senin. Lah sekarang ternyata jam tujuh kurang.

Jika diingat-ingat, memang selama dua belas tahun sekolah waktu masuk sekolah itu selalu semakin pagi. Zaman SD sekitar 2006 -- 2012 maksimal masuk sekolah jam setengah delapan lebih sedikit. Tahun 2012 mulai berubah jam tujuh lima belas. Zaman SMA sekitar tahun 2015 jam tujuh sampai sekitar jam tujuh kurang sepuluh.

Dalam kasus saya dulu, memang setiap siswa hampir memiliki kesempatan sama untuk bisa sampai ke sekolah. Setidaknya waktu itu semua berangkat dari pondok pesantren.

Meskipun setiap pondok pesantren memiliki jadwalnya sendiri. Pun setiap kelas di pesantren memiliki jadwal selesai ngaji-nya masing-masing. Kalau yang tidak hoki, mungkin kebagian kelas mengaji yang keluarnya jam setengah tujuh.

Akan tetapi, untuk kondisi sekolah yang tidak berada di lingkungan pesantren sungguh sangat kasihan. Mereka berangkat dari tempat yang berbeda, tapi harus masuk dengan jadwal yang sama.

Padahal semua memiliki latar belakang ekonomi yang berbeda. Sehingga setidaknya, dengan semakin majunya jadwal masuk sekolah memaksa umumnya anak sekolah untuk membawa kendaraan sendiri. Atau paling tidak ya nebeng.

 Meskipun jadwal tersebut bisa memaksa siswa untuk menjadi disiplin, tapi dampak-dampak lainnya perlu untuk diperhatikan. Beberapa berita kecelakaan belakangan ini contohnya.

Banyak yang isinya mengenai kecelakaan anak sekolah. Termasuk di kampung halaman sendiri yang meskipun tidak masuk berita, kejadiannya di pagi hari saat mau berangkat ke sekolah.

Tentu tiada lain karena harus mengejar waktu. Belum lagi anak remaja belum sepenuhnya siap untuk menjadi pengendara yang bijak, baik secara fisik maupun mental.

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi

Belum lagi kaitannya dengan bertambahnya pengguna kendaraan dan semakin muda pengguna kendaraan. Tentu akan menyumbang polusi terhadap lingkungan. Apalagi udara segar pagi sangat dibutuhkan untuk kesehatan. Berbeda dengan siang hari yang memang terik matahari sudah semakin meninggi.

Sedangkan para pemangku kebijakan sendiri ataupun para orang-orang sukses dahulu yang sekolah pun rasanya tidak masuk sepagi zaman sekarang. Saat bertukar cerita, mereka juga masuk jam setengah delapan toh. Bahkan pulangnya lebih awal daripada anak sekarang yang beberapa mungkin sudah sore menuju maghrib.

Jadi apakah tujuan sekolah semakin pagi ini agar anak lebih sukses daripada orang-orang dahulu? Atau justru ada alasan lain?

Akhir kata, sebagai ungkapan penasaran, heran sekaligus kesal. "sekolah pagi amat, mau ngejar apa sih?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun