Mohon tunggu...
Mukhlis Syakir
Mukhlis Syakir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nyeruput dan Muntahin pikiran

Mahasiswa Pengangguran yang Gak Nganggur-nganggur amat

Selanjutnya

Tutup

Diary

Belajar Kehilangan dari Kehilangan Data, Sebuah Harddisk Mati yang Kucinta

28 November 2023   22:20 Diperbarui: 28 November 2023   22:20 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Pribadi Penulis

Ternyata, bukan kehilangan cinta saja yang jadi peristiwa besar dalam hidup. Kehilangan data juga. Seperti aku yang baru saja mengalami hard disk rusak. Seakan hatiku ini dikoyak-koyak.

Bagaimana tidak? Hard disk yang kalau seorang manusia itu sudah kelas tiga SD kalau masuk SD-nya usia enam tahun, harus mati muda. Dia yang menjadi kebanggaan saat aku Aliyyah dengan kebesarannya dan kemewahannya. Ketika orang lain mencolokkan flash disk ke laptop untuk presentasi, Aku mencolokkan hard disk. Tampil dilayar dengan jumlah sembilan ratus Gigabyte lebih karena satu teranya sudah dikorupsi seperti alat penyimpanan data pada umumnya.

Saat aku pergi ke warnet, orang lain mencolokkan flash disk seunik mungkin bentuk flash disk itu. Aku mencolokkan Hard disk berwarna hitam legam, kotak seperti batu bata dengan wadahnya, sudah tentu menjadi pemandangan mencolok di antara warga-warga warnet.

Hardisk dengan ukuran sebesar itu, sanggatlah terkenang bagiku yang mengurusnya sejak remaja. Awal memiliki hardisk yang aku pikirkan ialah game apa yang akan aku masukkan untuk dibawa ke rumah. Kebetulan saat itu mulai musim game dengan ukuran puluhan giga. Sedangkan flash disk saat itu baru trend di ukuran 16 giga, kalaupun ada yang lebih maksimal yaa sekitar seratus sekian giga.

Memiliki hardisk yang terjamin tidak terkena virus juga membuatku jemawa. Ketika flash disk tidak bebas keluar masuk laptop, ataupun komputer karena takut komputernya terkena virus. Hardisk dengan mudahnya keluar masuk dengan ukuran besar ke lubang USB komputer orang. Sungguh sebuah keanggunan bagi pemilik hardisk untuk mendapatkan berbagai kemudahan tersebut.

Kini, keagungan pemilik hardisk harus diambil oleh Yang Maha Agung. Hardisk itu rusak, pemilik kehilangan keagungan dengan apa yang dimilikinya. Berbeda dengan Yang Maha Agung yang mengagungkan yang dikuasainya dan tidak berubah dengan apa dan siapa yang dikuasainya.

Entah kenapa, saat sedang anteng-antengnya Aku menonton film kesayanganku. Film itu tak berlanjut, karena si empunya tak terbaca. Mpu Hardisk ujug-ujug ngadat entah karena apa. Padahal film yang kutonton bukan film neko-neko. Karena terlalu bodoh untuk nonton yang neko-neko di penyimpanan.

Aku hanya menonton film-film Turki yang memakan waktu lama. Sekitar dua jam lebih dibutuhkan untuk satu episode film turki yang episodenya bisa mencapai ratusan. Itu pun bukan film tak bermakna atau minim makna yang ditonton. Setidaknya film yang aku tonton ialah film Serial Sejarah Turki Utsmani. Tepatnya film berjudul Kurulus Osman yang artinya Kebangkitan Utsman, Sang Pendiri Dinasti Turki Ottoman. Belum lagi di dalam hardisk sudah terkumpul hampir sepuluh judul film Turki dengan beberapa season dan episode di dalamnya.  Dimana ukuran film hasil download-an dari website-website terjemah film Turki gratisan yang sangat berjasa itu berjumlah satu giga lebih per episodenya.

Dengan segala jasanya yang telah mengantarkan Aku bisa menikmati GTA V, sebenarnya sudah kuusahakan berbagai cara untuk menghidupkan kembali si hitam bermerek Seagate itu. Mulai dari mengganti kabel, mengetes bagian mana yang rusak dengan berbagai aplikasi yang ada, sampai akhirnya setelah dua minggu berusaha sendiri. Aku menyerah menghidupkan harddisk sendiri. Terpaksa Aku meminta bantuan pada dukun elektronik langgananku.

Namun, setelah semingguan ditinggal, ia juga tak memiliki kemampuan menghidupkan kembali harddisk mati selayaknya menghidupkan manusia yang sudah mati oleh Isa. Ia merekomendasikanku untuk pergi ke dataran tinggi Kaliurang yang katanya ada dukun penyimpanan data. Tentu saja Aku langsung cus, berangkat ke dataran tinggi Jogja itu

Setelah sampai dan bertemu sang ahli, sambil berharap akan hidupnya kembali si hitam legam. Seperti halnya dukun dalam artian sebenarnya, selalu ada syarat yang tidak biasa. Apalagi kalau bukan uang. Uang sejumlah sejuta lima ratus katanya.

Akhirnya, mengikhlaskan si Seagate hitam legam nan penuh jasa adalah jalan terakhir bagiku. Mengambil hikmah akhirnya berupa klise yang tak dapat dihindari. Bahwa memang tak ada yang abadi, termasuk teknologi, apalagi doi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun