Mohon tunggu...
Mukhlis Syakir
Mukhlis Syakir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nyeruput dan Muntahin pikiran

Mahasiswa Pengangguran yang Gak Nganggur-nganggur amat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masa-masa Memeriksa Jawaban Soal yang Tak Lama Lagi, Bahkan Sudah Hilang

13 November 2023   00:16 Diperbarui: 13 November 2023   00:51 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi Penulis

            Sebagai orang yang tersesat di jurusan keguruan, pendidikan, tarbiyyah, atau apapun itu istilahnya. Ada salah satu mata kuliah yang terlihat remeh tapi menyimpan banyak kenangan. Namanya ialah mata kuliah evaluasi.

            Istilah evaluasi memang agak menyebalkan. Terutama bagi anak organisasi. Karena acara evaluasi ini sering kali hanya buang-buang waktu dan tenaga yang sudah lelah dengan kegiatan sebelumnya. Pun demikian kala waktu-waktu evaluasi datang dalam kegiatan belajar-mengajar. Setidaknya bagi saya yang memiliki disiplin belajar rendah dan ingatan pendek. Sistem kebut semalam (SKS) adalah jalan terbaik untuk mempersiapkan evaluasi yang seharusnya sudah dipersiapkan setiap kali belajar.

            Akan tetapi, memeriksa jawaban evaluasi adalah kenangan tersendiri. Entah akan relate dengan kawan pembaca atau tidak. Setidaknya berikut ini ialah kenangan-kenangan saat memeriksa jawaban evaluasi:

            Pertama, kesempatan terbaik untuk bisa memeriksa jawaban doi. Ya, terkhusus bagi para buayawan (sangat mungkin pula buayawati) untuk memanfaatkan momen ini untuk memeriksa jawaban soal dari si doi. Dari sinilah berbagai trik jitu dilakukan. Mulai dari ada yang ngebenerin jawaban, atau juga dengan mencantumkan di akhir lembar jawaban; "pemeriksa: pengagum rahasiamu". Pun sebaliknya, kalau doi meriksa jawaban Kita, rasanya sangat berbunga-bunga.

            Kedua, cara jitu untuk mengalahkan rival di kelas. Mulai dari cara yang sehat, seperti sekedar ingin tahu sejauh mana kemampuan lawan dalam menjawab pertanyaan, memberi nilai minim meskipun kekurangannya tidak parah pada soal essay, sampai dikurang-kurangin jawabannya.

            Ketiga, kesempatan untuk curi-curi nilai lewat kedekatan dengan guru. Terkadang, guru tidak memeriksa soal bersama seluruh siswa. Kadang guru lebih prefer untuk mempercayakan pada seorang siswa saja dalam memeriksa jawaban soal. Bagi siswa yang cerdik, momen ini ia jadikan sebagai kesempatan untuk mendekati guru. Setidaknya, dengan kedekatan itu minimal mendapat predikat anak baik. Kesananya, tidak menutup kemungkinan mendapat bonus. Uang jajan maksudnya.

            Keempat, mendapatkan rokok dari pak Guru yang memeriksa jawaban pilihan ganda. Hmm, ini sepertinya lebih ke urban legend sih. Untuk memeriksa soal PG atau pilihan ganda. Diantara cara  praktisnya ialah dengan membuat lubang pada lembar jawaban kosong dengan menggunakan rokok. Kalau ibu saya sih memakai baygon bakar.

            Pak Guru yang suka merokok, terkadang mungkin butuh waktu untuk memancing, main poker di windows XP, atau main badminton setidaknya. Nah, siswa cowok yang suka merokok katanya sih ya, suka ada tuh, yang dipercaya untuk memeriksa jawaban soal. Tentu dibalas dengan rokok sebungkus dongs.

            Bisa Kita bayangkan, dengan kemajuan teknologi seperti sekarang yang menggunakan komputer sebagai alat membuat soal, mengisi jawaban, sekaligus memeriksa jawaban. Momen-momen seperti itu rasanya tidak akan terjadi lagi. Apalagi setelah keluar dari masa-masa sekolah.

            Teringat di sekitar tahun 2018, saat sekolah-sekolah di Kabupaten mulai menggunakan komputer sebagai alat assesment. Terutama masa-masa masifnya UNBK. Dari mulai repotnya sekolah mengadakan komputer maupun laptop, masalah server, sampai koneksi internet yang terbatas. Tak lupa, banyak juga sekolah yang kebobolan oleh maling-maling yang melek dunia pendidikan. Merupakan fenomena unik dimana pemerintah saat itu berusaha untuk mengubah budaya penggunaan kertas yang merusak lingkungan, menuju masyarakat paperless.

            Bagi saya sendiri, UNBK sanggatlah mengagetkan. Bagaimana tidak? Di ujian-ujian sebelumnya Kita perlu mengantre beberapa hari setelah ujian untuk bisa melihat hasil perjuangan Kita. Belum lagi perjuangan mencari pensil 2B yang bisa dibaca oleh komputer, perjuangan merautnya, menghapus jawaban yang salah yang si penghapusnya itu tidak pernah habis karena keburu hilang, sampai pensil yang jatuh setelah baru saja diraut. Setelah hasilnya keluar, Kita masih harus berjuang mengantre di depan mading untuk mencari nama Kita, sahabat, saingan, tak lupa doi. Setelah ketemu, tak lupa bangga dan sombong bagi yang nilainya tinggi, atau malu tersungkur jika nilainya rendah.

            Sedangkan di UNBK, baru saja selesai mengisi soal dan meng-klik tombol selesai. Muncullah nilai Kita, saat itu juga. Itu pun kalau servernya tidak eror. Juga untuk konteks saat itu, belum lagi beberapa teman yang masih gaptek, atau justru guru pengawasnya yang gaptek.

            Memang, masa lalu selalu indah untuk dikenang. Meskipun pahit saat waktu itu dirasakan. Mungkin untuk adik-adik yang terbiasa dan memiliki dunia pendidikan baru juga memiliki kenangan tersendiri. Adakah yang relate disini dan merasakan peralihannya? Atau justru jauh sebelum ada masa peralihan? Mungkin sudah saatnya untuk mengatakan, "betapa tuanya aku sekarang!".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun