Orang-orang yang tidak bisa menerima konsep nasionalisme atau negara bangsa ini diantaranya berdalih dengan bagaimana Muhammad di Madinah mempersatukan anatara Suku Aus dan Khazraj. Dimana mereka sebelum datangnya Islam sering berseteru. Bagaimana juga diperasatukannya antara Muhajirin dan Anshar. Padahal jika dikritisi, meskipun mereka bersatu tetap saja identitas asal mereka tetaplah ada.
        Apakah ketika Kita berislam maka identitas kebudayaan asal Kita hilang begitu saja? Saya rasa tidak. Buktinya rasul menghargai Khalid bin Walid yang menyukai dhab atau biawak padang pasir untuk dimakan, sedangkan beliau memilih tidak. Rasul menghargai kultur sahabat yang berlatihan beladiri di masjid. Rasul juga menghargai strategi perang parit yang dibawa oleh Salman al-Farisi dari Persia.
        Semua itu menunjukkan bahwa menjaga kebudayaan yang tantunya tidak akan terlepas dari rasa kebangsaan adalah normal. Juga justru memperkaya Islam itu sendiri. Dalam peristilahan Ushul Fiqh sering diakatakan al-'aadah al-muhakkamah. Jika diartikan maka adat (tentu saja adat yang baik (ma'ruf)) bisa menjadi hukum.
        Konsep nation state ini juga menjawab persoalanbangsa yang saling memperebutkan dominasi kekuasaan Islam selama ratusan dahulu. Mulai dari Abbasiyyah yang didukung oleh para a'jamiy (non-Arab) untuk melawan Umayyah, saling rebutnya antara orang Persia dan Turki dalam kekuasaan Khilafah Abbasiyyah, dominasi Turki zaman Dinasti Utsmani sehingga ada konflik dengan pribumi Arab. Maka dengan konsep negara bangsa, setiap bangsa dibiarkan bertanggung jawab atas bangsanya itu sendiri.
        Maka, dalam mengawal kemerdekaan ini. Marilah naik kelas ke kelas ikut merasakan bagaimana saudara Kita yang dari agama lain sulitnya beribadah, merasakan bagaimana orang Islam yang nyaman dengan ekspresi keberislamannya, bahkan jika perlu menuntut pemerintah yang menaungi seluruh kepentingan bangsa untuk membumikan kemerdekaan sila pertama yang sesungguhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H