Mohon tunggu...
Mukhlis Syakir
Mukhlis Syakir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nyeruput dan Muntahin pikiran

Mahasiswa Pengangguran yang Gak Nganggur-nganggur amat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Teknologi Larangan di Bulan Muharram

11 Agustus 2023   14:39 Diperbarui: 11 Agustus 2023   14:51 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Akhir-akhir ini, tepatnya saat tulisan ini dibuat yang berdekatan dengan bulan Muharram. Salah satu bulan yang ada dalam kalender hijriyyah dan menjadi bulan yang dimuliakan bagi umat muslim. Ada bahasan atau isu tersendiri yang menarik. Khususnya berkaitan dengan hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama bulan ini.

            Terinspirasi dari ceramah Jum'at yang membahas keutamaan bulan Muharram yang dalam kultur Jawa biasa disebut dengan bulan Suro, beserta bantahan atas larangan-larangan mitos jawa di bulan ini. Saya juga baru tahu bahwa ada kultur jawa yang menspesialkan bulan ini dengan larangan menikah, dan larangan membangun rumah. Karena bulan ini dianggap sebagai bulan keramat dan jika dilanggar akan menimbulkan petaka.

            Saya sendiri sebagai orang Sunda memang memiliki kultur yang mirip berkaitan dengan suruhan dan larangan melakukan sesuatu pada waktu-waktu tertentu. Di kultur masyarakat Priangan Timur, Jawa Barat misalnya (mudahnya daerah yang menggunakan plat Z seperti Tasik, Garut, dan Ciamis). Ada mitos untuk tidak bepergian di hari sabtu. Karena berdasarkan Sabda Galunggung, hari tersebut ialah hari sial. Bahkan di berbagai daerah masyarakat Sunda, hari lahir bisa menjadi indikasi karakter dasar seseorang itu seperti apa. Mudahnya agak mirip dengan zodiak atau shio.

Manfaat larangan-larangan yang ada di bulan Muharram

            Bahasan mengenai hari, ataupun waktu sial ini memang memiliki bab tersendiri dalam ajaran Islam. Memang ada larangan secara khusus dalam sabda nabi yang secara tegas melarang orang yang sudah beragama Islam meyakini ada waktu atau hal-hal tertentu yang menyebabkan keberuntungan maupun kesialan. Dengan alasan keyakinan demikian akan berpotensi bahkan bentuk lain daripada menyekutukan Allah sebagai dzat tunggal yang menentukan baik dan buruknya nasib Kita. Akan tetapi, untuk larangan-larangan yang ada di bulan Suro atau Muharram ini menurut Saya menarik untuk dikaji.

            Mungkin saja larangan-larangan tersebut merupakan teknologi tersendiri yang memang relevan dengan zamannya. Sehingga jika Kita uraikan, maka beberapa manfaat dari larangan terseut adalah sebagai berikut:

Larangan Menikah di Bulan Muharram

            Coba bayangkan berapa banyak makanan yang dikonsumsi saat diadakan pesta pernikahan? Sangat banyak bukan? Itupun jika semuanya dihabiskan, belum lagi yang terbuang karena tidak habis dimakan. Belum lagi karena kelebihan masak. Tentu saja hal ini akan berdampak pada kebutuhan pangan negara.

            Memang juga acara pernikahan dibutuhkan untuk para penyelenggaran pernikahan, pekerjanya, dan lain-lain. Tapi perlu difikirkan suatu bulan dimana ada waktu khusus untuk beristirahat dari pesta meriah. Sehingga nasi tidak terbuang sia-sia, ketersediaan pangan bisa terpenuhi karena digunakan sesuai dengan kebutuhan. Bukan berdasarkan nafsu makan berlebih.

Larangan Membangun Rumah

Baca juga: Badai di Musim Semi

            Seringkali banyak terjadi demonstrasi mengenai pengerusakan alam untuk penambangan. Baik itu secara liar maupun legal. Penambangan pasir terus terjadi setiap hari di kaki-kaki gunung. Sehingga keasrian alamnya terus berubah dan sangat mungkin mengancam ekosistem yang ada disana. Bahkan semasa saya hidup di Tasikmalaya dan Cianjur, penambangan semakin merebak ke daerah tanah datar yang memiliki perbukitan di tengah sawah.

            Kebutuhan untuk pembangunan yang terus meningkat tentu saja menjadi penyebab dari terus menerusnya kegiatan tambang pasir terjadi.

            Dengan adanya larangan membangun rumah ini setidaknya Kita membiarkan alam untuk beristirahat dan menyesuaikan diri terlebih dahulu dengan kondisi baru. Paling tidak selama sebulan saja, alam itu butuh istirahat.

            Begitu pula dengan pohon-pohon yang terus ditebang mengatasnamakan demi pembangunan. Dengan adanya larangan membangun rumah ini, setidaknya tanah-tanah bisa beristirahat terlebih dahulu, pohon-pohon dibiarkan tumbuh terlebih dahulu. Tidak terus menerus diekspoitasi oleh manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun