Mohon tunggu...
Mukhlis Syakir
Mukhlis Syakir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nyeruput dan Muntahin pikiran

Mahasiswa Pengangguran yang Gak Nganggur-nganggur amat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Upaya Politik Erdogan Melalui Film yang Selalu Salah Kaprah Dipahami

8 Juli 2023   18:48 Diperbarui: 11 Juli 2023   22:21 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Jadi, glorifikasi Erdogan sebagai khalifah baru-lah, menghidupkan kembali kejayaan Utsmani-lah, desekularisasi lah. Bagi saya, tidaklah tepat. Justru ia memetamorfosiskan ide Attaturk dengan skala yang lebih tinggi. Yakni Unifikasi Bangsa Turki yang sudah terpecah menjadi beberapa negara. Bukan upaya unifikasi menjadi satu negara republik ya.

            Hal tersebut terlihat dalam pembelaan Erdogan atas Bangsa Uyghur yang masih rumpun Bangsa Turki. Disamping alasan sesama muslim juga tentunya. Lebih jelas lagi pada pembelaan Erdogan atas Azerbaijan pada konflik Nagorno-Karabakh. Bahkan Mantan Presiden Turki, Azeri Heydar Aliyev juga pernah menyebut negaranya dan Azerbaijan sebagai "satu bangsa-dua negara" (bir millet ikinci devlet) dalam potitioning antara Azerbaijan vs Armenia.

            Secara ril, kerja sama ini sudah terbentuk pada Organization of Turkic States (Organisasi Negara-negara Turki. Secara kebudayaan, Mehmet Bozdag, produser film Turki juga tengah bekerjasama dengan pemerintah Uzbekistan dalam menggarap film Mendirman Jalaloddin (I am Jalaloddin) yang menceritakan tentang Jalauddin Mengburnu alias Sultan dari Kekaisaran Khawarzizmea. Pan-Turkisme yang dirawat oleh Erdogan ini sangatlah menarik dan masih jarang dibahas oleh fans Turkinesia.

            Jika ditarik ke konteks Indonesia, sebenarnya Soekarno juga pernah menggagas Pan-Malayan sebagai upaaya penyatuan rumpun melayu. Terbukti pada "ikut campur"-nya Soekarno pada urusan Singapura dan Malaysia yang hendak merdeka dari Inggris sempat menjadi peristiwa sejarah tersendiri. Bahkan hingga ada upaya bom bunuh diri oleh tentara Indonesia di Singapura.

            Pertanyaannya sekarang, mampukah Indonesia dan negara-negara rumpun Melayu untuk menciptakan organisasi Melayu sehingga tidak ada "rebutan budaya". Ataukah cukup dengan ASEAN saja?

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun