Mohon tunggu...
Mukhlis Syakir
Mukhlis Syakir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nyeruput dan Muntahin pikiran

Mahasiswa Pengangguran yang Gak Nganggur-nganggur amat

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Yuk, Nonton Film Ini, "Madame Bovary": Ketika Hasrat Tak Terpenuhi, atau Tak Akan Terpenuhi?

19 Januari 2023   09:19 Diperbarui: 19 Januari 2023   09:37 1299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lingkaran setan" dari nafsu manusia memang menjebak. Sudah dapat ini pingin itu, sudah dapat itu pingin onoh, sudah dapat onoh ternyata ini juga menyenangkan. Hanya kematian yang dapat memutus mata rantai nafsu.

Agama seringkali dikatakan sebagai solusi dari persoalan seperti ini. Namun, apakah benar demikian adanya? Lalu banyak yang bertanya atau setidaknya penulis sendiri yang bertanya-tanya, "kenapa sih, ada beberapa orang agamawan yang berpoligami?", atau lebih ekstrim lagi "kenapa sekarang marak kasus pelecehan seksual oleh guru agama?".  Apa hanya sekedar oknum atau memang ada yang salah sebenarnya dalam memahami hasrat, keingingan, nafsu , atau apapun itu istilahnya?

Fenomena Kuda leupas tina gedogan dalam istilah sundanya, atau kekagetan sosial dari suatu lingkungan yang banyak membatasi ke lingkungan baru yang bebas seringkali terjadi. Sebagai contoh ada banyak fenomena santri ketika keluar dari pondok jadi begajulan yang lebih-lebih daripada orang yang didik dari pendidikan agama seadanya. Begitu pula kurang lebihnya Film Madame Bovary ini menggambarkannya.

Alkisah, Ema merupakan seorang santri disalah satu biara yang ada di Perancis. Mungkin di film tidak terlalu digambarkan bagaimana kegiatan sehari-harinya sebagai seorang biarawati disana. Tetapi kurang lebih yang dapat Kita asumsikan ya kehidupan sehari-hari yang ketat dengan berbagai nasihat-nasihat keagamaan.

Setelah beberapa tahun berada disana, Ema dilamar oleh seorang mantri desa atau dokter yang kebetulan sedang bertugas di desa asalnya. Tentu ia mencintainya kemudian orang tuanya pun bersegera menikahkannya.

Sebagai pasutri muda, tentu gairah antara kedua pasangan sudah jadi hal lumrah. Tapi hari demi hari, Ema yang menikah dengan dokter tampan nan baik hati bernama Charles Bovary mulai timbul konflik dalam dirinya. Baru saja malam pertama, subuh hari tanpa solat subuh karena mereka Kristen. Ema yang kini menjadi Madame Bovary sudah ditinggal kerja tanpa bermesra ria sebagai pengantin baru.

Charles memang begitu mengabdi pada pekerjaannya, terkadang dengan segala kesibukannya. Ema merasa bosan sendirian di rumah. Tetapi Charles juga sesosok pria yang sangat baik hati. Terbukti, segala keinginan dari Ema selalu dipenuhi.

Hanya saja Ema, yang mengalami kekagetan akan dunia luar itu sulit mengendalikan dirinya. Dimulai dari godaan barang-barang berharga yang bisa dikredit. Hingga perkenalannya dengan konsultan Hukum di desa tersebut bernama Leo yang tampan serta cerdik dalam menemani kesepian-kesepian Ema.

Tak lama dari kepergian Leo, Ema kembali digoda dengan pria terkaya di desa tersebut. Bukan hanya kayanya saja yang menggoda Ema, tapi juga bagaimana pria kaya itu mampu membuat Ema merasa nyaman menjadi masalah. Selingkuhlah lagi si Ema ini.

Sampai pada titik akhir, ketika semua hutang sudah menumpuk dan jatuh tempo. Ema kelabakan untuk membayarnya. Tak cukup disitu, azab Tuhan tak ia hiraukan dengan tetap berselingkuh dan berselingkuh. Sungguh Charles sangat kuat menurut saya, heuheu.

Jika kita kita kembalikan hal ini pada kehidupan nyata, apa sih kiranya yang dapat Kita cocoklogikan? Juga bagaimana lanjutan ceritanya?

Lanjutan cerita dapat anda tonton dan cari sendiri Novel Madame Bovary ini. Yang jelas, selewat saja teman-teman mungkin sudah bisa menafsirkan dengan versinya masing-masing. Terlepas dari maksud produser film dan pengarang novel yang sebenarnya, kasus-kasus yang mirip seperti Madame Bovary ini ada kok disekitar Kita.

Jika Kita kembali ke awal dari tulisan ini, tentang "kenapa seorang agamawan atau beberapa agamawan bisa punya fantasi hasrat dan nafsu yang liar?". Khususnya dari sosok Ema ini, karena ia mengalami kekagetan sosial. Kesalehan yang biasa Ema lakukan di pondok salib tidak menjamin kesalehan Ema di luar.

Sebagian teman mungkin berfikir "setidaknya dengan berada di lingkungan agama dan bekal agama Kita dipersenjatai untuk hidup diluar?" Ya saya setuju, tapi apabila tidak terbiasa juga dengan "menggunakan senjata" tersebut di lingkungan luar yang cobaannya sudah jelas? Disinilah diantara perbedaan yang harus diterima serta dihadapi antara orang yang sudah terbiasa dengan lingkungan yang diset "aman" dan lingkungan yang liar.

Juga, bila disimplifikasi, lingkungan-lingkungan dengan ketaatan beragama yang ketat. Cenderung menciptakan manusia setengah malaikat. Selalu berada dalam koridor ketaatan. Sedangkan Kita yang manusia ini diberikan nafsu dan hasrat dimana keduanya bagian dari kemanusiaan Kita.

Contoh yang terjadi juga dalam beberapa literatur agama samawi ialah adanya dua orang malaikat yang dijadikan manusia. Harut dan Marut yang awalnya "protes" kok manusia begitu berbuat kerusakan di bumi. Ketika mereka diberi nafsu dan syahwat eh, malah menjadi pelopor sihir dan kejahatan lainnya.

Demikianlah Kita sejatinya diciptakan. Diberi kecerdasan berfikir dan nurani, sekaligus diberikan hasrat dan nafsu sebgai bekal menjadi wakil Tuhan di bumi. Hasrat dan nafsu memang akan terus menagih, bahkan menagih untuk berhasrat menjadi hamba yang soleh atau berhasrat menjadi seorang waliyullah.

Tidak bisa hasrat dan nafsu ini dimatikan, atau justru akan menjadi bom waktu ketika ditahan dan ditunda. Seperti ledakan hasrat yang dialami Madame Bovary. Kita hanya bisa mengatur sekemampuan Kita, hingga ajal menjumput Kita.

Jadi, bagaimana readers? Hasrat apa yang belum terpenuhi? Atau sedang menanti ajal menjemput? Atau Kita sudah ejakulasi dini dengan hasrat-hasrta yang ada? Jadi mayat hidup dong, hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun