Ibarat nahan kencing pas lagi naik motor. Mungkin beginilah tulisan ini seharusnya diciptakan. Pertama, memang idenya muncul pas naik motor. Kedua, memang nahan kencing itu kondisi paling menyebalkan dalam hidup saya. Apalagi kalau kedua-duanya disatukan. Jadi Ulti Menyebalkan kali ya.
Akhirnya saya menemukan ‘’Kamar Mandi” untuk kencing pemikiran berjudul Bahasa Seksi dan Bahasa Telanjang ini. Karena Puji Tuhan, dengan selesainya sidang skripsi saya telah lulus uji sensor. Sensor apa saja? Pertama, sebagai mahasiswa bahasa Arab yang tersesat. Kedua, sebagai orang dewasa yang masih kekanakan.
Lalu apa sih maksud Bahasa Seksi dan Bahasa Telanjang ini? Jujur saja, saya malas mencari dari segi bahasa Idonesianya karena sudah kebelet pipis. Mungkin yang bisa saya berikan dalam kapasitas mahasiswa pendidikan bahasa Arab yang IPK nya belum keluar.
Jadi, dalam kehidupan saya temukan bahwa kategori bahasa dari segi daya tarik terhadap manusia terbagi menjadi dua ini. Sebagian orang meyukai hal-hal yang seksi, yakni “inti-inti” yang dicarinya itu disembunyikan terlebih dahulu. Ada juga orang yang suka “inti-inti” yang dicarinya itu terlihat secara jelas.
Bahasa seksi, itu bahasa yang menggoda pembaca maupun pendengar dengan ketidakpastian makna yang terkandung. Ibarat orang mencari-mencari isi dari pakaian dalam. Begitu tertariknya orang tersebut sampai susah mengalihkan pandagan tapi kalau sudah jelas, ya wes.
Karena bagi orang yang suka Bahasa Seksi, upaya untuk mencarinya itu loh yang menjadi titik kenikmatan. Atau bagi yang membuat bahasa seksi itu sendiri, upaya menutup-nutupi itu loh yang bikin orang penasaran sehingga Kita yang menutupi itu puas dengan membuat orang lain penasaran. Jadi baik si seksi dan pencari seksi sama-sama menikmati tugasnya masing-masing.
Sedangkan bahasa telanjang, itu bahasa yang nggabres wes sikat. Tidak membuat pembaca atau pendengar merasa bosan dengan menunggu “inti-inti” itu berada.
Pun bagi pelaku telanjang, dia sengaja menarik orang yang tertarik dengan bahasa telanjangnya sehingga ketika orang tertarik dengan ketelanjangannya. Si telanjang ini juga menikmati , karena merasa memiliki daya tarik jitu.
Namun, pada hakikatnya tidak selalu yang seksi dan telanjang itu unggul. Keduanya memiliki kegunaan, pasar, dan kelemahan tersendiri. Kalau kata salah seorang bijak pas saya KKN, “Tidak setiap makalah membereskan masalah. Justru menjadi makalah baru. Atau bahkan membuat masalah baru”.
Kegunaan bahasa seksi atau dalam bahasa Arab biasa disebut kalimat majaz sangatlah beragam. Dengan menyembunyikan makna sebenarnya bahasa seksi diantaranya mencegah ketersinggungan, menjadi daya tarik, pujian, hinaan, dan sebagainya. Tergantung maksud si penulis, situasi, pembaca, bahkan situasi pembaca itu berengaruh juga.
Contohnya seperti Bahasa Seksi yang bermakna asli Kalimat Majaz itu sendiri. Tujuan penulis mengkreasikan istilah baru ini tentu saja dengan maksud. Diantaranya menjadikan tulisan ini lebih menarik, juga memuaskan “syahwat intelektual” penulis.
Bagi pembaca yang sangat menjaga norma-norma ketimuran mungkin akan berkata dalam hati. “Bisa-bisanya ini kok ngomong jorok seenaknya”. Begitulah kiranya kalau saya suudzan pada isi pikiran dan hati orang.
Padahal dasar pengistilahan ini lahir dari, “siapa sih yang gak tertarik dengan seks”. Itu kan kebutuhan dasar manusia kalau kata Sigmund Freud. Juga upaya mempertahankan kelangsungan hidup manusia kalau mempercayai teori evolusi. Bahkan anugrah ilahiah dari Tuhan sebagai katanya “ibadah yang nikmat”.
Sedangkan bahasa telanjang, yang maksudnya kurang lebih Kalimat Hakikat. Itu ingin menjelaskan hakikat makna sebenarnya dari perkataan atau tulisan yang keluar. Tanpa harus berpikir terlebih dahulu sampai keburu laper, atau seperti tadi keburu kencing dicelana.
Mana mungkin mau terus ditutupi pas malam pertama toh. Kan gak bakalan kena-kena intinya. Mungkin memang bisa anak Anda lahir melalui proses bayi tabung. Tapi kan ada kebutuhan “itu”nya juga toh.
Jika kita masukkan dalam pembahasan bahasa, mana mungkin di kondisi darurat untuk minta tolong harus buat proposal dulu? Istilah sundanya “Kiamat manten” (keburu kiamat. Sanggatlah tidak bijak kan untuk mengatakan kata “tolong, saya jatuh”, lalu Kita mengatakan “duh badan saya dihack”.
Maka ada dua pertimbangan mengenai penggunaan bahasa seksi dan bahasa telanjang ini. Pertama, masalah birahi dan seleranya (tak usah diperpanjang karena saya bukan seksolog). Kedua, masalah kondisi yang dibutuhkan. Sehingga tak ada salahnya untuk berbeda selera, justru kedua bahasa majas dan hakikat ini penting dipelajari agar tak salah menggunakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H