Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Manakah Penyairku?

18 April 2024   10:42 Diperbarui: 18 April 2024   12:19 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Sumber Gambar: Pixabay 

Mengapa setiap tinta harus menetes pada aksara berdarah mesra
Mungkinkah jagad ini  dikendalikan oleh nafsu membabibuta
Atau penyair yang mengabdi pada dewa amor sampai berpeluh- peluh  

Baca juga: Puisiku Terpasung

Mengapa setiap tinta harus menetes pada aksara di atas telaga   syhawat
Ataukah penyair mati rasa melihat bebalnya negeri
Sehingga  burung pelatuk memahat gunung karang menjulang ke angkasa

Mengapa setiap ujung pena harus menari di atas kisah  menggairahkan jiwa
Ataukah para pemahat aksara menyembah   ego sampai bego tak mampu mengeja tanda
Bukankah   penyair itu bekerja dengan tatapan batin meneropong dalam angan?
 
Wahai penyairku...
Maafkan Aku telah membuka tiraimu malam ini
Tak mampu bersuara lantang karena jasadnya terhimpit di parit- parit besi

Wahai penyairku...
Hunuskan mata penamu ke medan laga
Ayo tebas geraham- geraham baja menerkam setiap inci isi negeri
Berhenti mengais kasih di balik aksara bernapas rindu berwarna ungu
 
Maafkan Aku wahai penyair....
Aku hanya menyambung lidah- lidah berdebu ltak paham cara berlagu

Lhokseumawe,  2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Puisi: Palestina

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun