Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mau Tahu Cara Mudah Menulis Resensi Cerpen dan Film, Ikuti Langkah Berikut!

20 Februari 2024   10:49 Diperbarui: 20 Februari 2024   10:50 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber gambar : Pixabay 

 Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd

Salah satu bentuk tulisan yang menuntut pemahaman penulis terhadap masalah yang ditulis adalah menulis resensi. Dalam bahasa sekarang resensi sering disebut dengan review. 

Hal ini tidak hanya berlaku untuk karya sastra, akan tetapi resensi atau review juga berlaku untuk sebuah film. Menulis resensi berati menyiapkan diri secra komprehensif terhadap  kandungan isi sebuah cerpen atau film.   

Setiap resensi yang ditulis harus berkualitas dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Pentingnya sebuah resensi baik buku atau film akan mendongkrak minat pembaca atau penonton terhadap objek yang dijadikan resensi. 

Resensi merupakan tulisan yang berisi ulasan, pertimbangan atau pembicaraan suatu karya sastra dan non sastra. Dalam resensi terdapat beberapa tulisan yang berisi tentang buku, cerpen, dan novel. 

Penulis  resensi biasanya menginformasikan tentang keunggulan dan kelemahan sebuah buku. Meresensi buku fiksi berbeda dengan meresensi buku nonfiksi. Dalam meresensi buku fiksi yang berperan adalah apresiasi dan penghayatan.

Dalam meresensi novel, misalnya,penulis  perlu mengemukakan ikhwal menarik tidaknya alur, kelihaian  pengarang dalam membangun konflik, pengajuan watak tokoh dan sejenisnya. Berbeda dengan meresensi buku non fiksi.

Hal yang diperlukan dalam meresensi buku nonfiksi adalah pemahaman atau masalah yang dikemukakan. Penulis diharapkan dapat menilainya secara obyektif. Selanjutnya, penulis  harus mengkomunikasikan kepada pembaca tentang kelebihan dan kelemahannya.

Dalam hal ini    peresensi  harus memperkenalkan buku tersebut, sehingga menarik minat masyarakat untuk membacanya. Hal-hal yang dibahas dalam sebuah resensi adalah latar belakang buku yang akan diresensi, jenis buku, keunggulan,  kelemahan buku, nilai buku dan kesimpulan yang mengarah pada tujuan pembuatan resensi yakni buku tersebut layak dibaca atau tidak. 

Untuk lebih mengetahui lebih lanjut tentang pengertian dari sebuah resensi, berikut dijelaskan beberapa pengertian dari resensi yang diungkapkan oleh beberapa para ahli.

Dalam hal ini, Dally (2005:155) mengemukakan tentang resensi , bahwa resensi berasal dari bahasa Belanda ”resensi” yang berupa ulasan atau pertimbangan mengenai sebuah buku, film dan lain sebagainya.

Ulasan yang dimaksud untuk  membantu pembaca maupun penonton   film untuk mengetahui   pokok permasalahan yang terkandung pada sebuah karya sastra. 

Sedangkan pertimbangan  yaitu pertimbangan yang dilakukan untuk memilah atau membedakan layak tidaknya apa saja yang dirangkum secara singkat, padat, dan jelas. Kemudian disajikan dalam bentuk resensi.

Selanjutnya, resensi adalah karya yang berisi pertimbangan atau pembicaraan dan penilaian tentang kelebihan dan kekurangan suatu karya (buku) fiksi maupun nonfiksi,  Maesaroh (2010:19). Resensi juga digunakan untuk mengetahui atau menilai suatu karya sastra  baik fiksi maupun nonfiksi sebelum pembaca  membaca lebih jauh isi dari karya sastra tersebut. Hal imi untuk  mempermudah pembaca untuk mengetahui keseluruhan isi yang terkandung dalam sebuah karya sastra.

Pendapat di atas dapat diidentifikasi adanya perbedaan tentang pengertian dari  resensi.  Teori pertama, resensi hanya mempertimbangkan isi dari sebuah buku, film dan sebagainya. Sedangkan teori  kedua, resensi bukan hanya menimbang isi dari sebuah buku, akan tetapi juga menilai isi dari buku tersebut dengan cara melihat kelebihan dan kekurangannya.

Oleh karena itu, simpulan yang dapat diambil dari kedua teori di atas   bahwa resensi adalah karya yang berisi tentang pertimbangan atau ulasan mengenai kelebihan dan kekurangan  buku yang berbentuk fiksi maupun nonfiksi.

Secara keseluruhan pengertian resensi di atas berupa pendataan yang dilakukan untuk mendeskripsikan data mengenai suatu karya sastra yang ditampilkan dari segi kelebihan dan kekurangan pada sebuah karya.

Selanjutnya, Wilsa (2011) Resensi berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere, artinya melihat kembali, menimbang atau menilai.

Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris di kenal dengan istilah review. 

Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, dan mengkritik buku.  

Ketiga teori  di atas, terdapat keterkaitan antara teori  pertama, kedua dan ketiga. Salah satu   dalam meresensi buku sangat diperlukan  memberikan informasi yang tepat kepada para pembaca.

 Agar para pembaca tidak salah dalam menilai tentang sebuah buku, sehingga berpengaruh kepada layak atau tidaknya pembaca tersebut untuk membeli atau membaca buku yang telah diresensi itu.

Selanjutnya, dari ketiga pendapat di atas, meresensi sebuah buku juga harus dicantumkan tentang kelebihan dan kelemahan sebuah buku. Tanpa mencantum kelebihan dan kelemahan sebuah buku, pembaca akan kesulitan dalam menentukan pilihannya terhadap sebuah buku. 

Jadi, pendapat dari para ahli yang pertama, kedua, dan ketiga sangatlah berkaitan. Dari ketiga teori di atas,  dapat diambil  beberapa pedoman yang tepat dalam meresensi sebuah buku.

Keseluruhan dari konsep-konsep  di atas, akhirnya mengerucut pada satu simpulan, yakni resensi merupakan penilaian terhadap sebuah buku yang di dalamnya terdapat kelebihan dan kelemahan terhadap sebuah buku serta berisi juga tentang kritikan terhadap buku yang akan diresensi tersebut. Sehingga hasil dari penilaian tentang sebuah buku, dapat memudahkan pembaca di kemudian hari dalam menentukan buku yang akan dibacanya, apakah layak atau tidak untuk dibacanya.

Manfaat Menulis Resensi Cerpen 

Dengan mempelajari bagaimana cara meresensi sebuah cerpen, maka  setiap penulis  dapat mengetahuinya yang kelak bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain.


Manfaat resensi cerpen tidak hanya bagi calon penulis saja, akan tetapi juga bermanfaat bagi khalayak ramai, misalnya bagi masyarakat, resensator (orang yang meresensi sebuah buku, novel dan cerpen), penulis cerpen dan penerbit cerpen.Selanjutnya, Maesaroh(2010:20) mengungkapkan manfaat dari resensi cerpen yaitu:


1)Bagi masyarakat/pembaca:
(a)Membantu pembaca menentukan buku yang sesuai dengan kebutuhan/ kepentingan/ selera.
(b)Membantu pembaca mengetahui kelebihan dan kelemahan suatu buku.

(c) Membantu pembaca memilih dan membeli buku yang baik.

2)Bagi resentator:

(a) Membantu memasyarakatkan buku baru.
(b) Membantu pemasaran buku baru
(c) Membantu memperkenalkan kualitas penulis/pengarang dan karyanya.
3) Bagi penulis/pengarang buku
(a)Membantu penulis/pengarang dalam memasyarakatkan dan memasarkan karyanya.
(b)Membantu penulis/pengarang untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan karyanya.
4)Bagi penerbit
(a)Membantu penerbit memasyarakatkan dan memasarkan buku terbitannya.

Langkah-langkah Menulis Resensi Cerpen
Meresensi sebuah cerpen juga harus melalui beberapa langkah. Langkah-langkah resensi cerpen tersebut bertujuan untuk mempermudah peserta didik dalam meresensi cerpen. 

Langkah-langkah yang akan ditempuh harus sesuai dan berurutan, agar nantinya dapat dipahami oleh peserta didik maupun orang yang yang akan membaca resensi cerpen tersebut.

Maesaroh (2010:19) langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam menulis resensi cerpen adalah:

1)Memilih Cerpen yang akan Diresensi

Dalam memilih cerpen yang akan diresensi, sebaiknya cerpen yang dipilih terdapat identitas buku atau cerpen yang lengkap, sehingga memudahkan bagi peresensi dan pembaca.

2)Membaca Cerpen Secara Cermat

Sebelum meresensi sebuah cerpen, alangkah baiknya jika membaca terlebih dahulu cerpen yang akan diresensi. Agar peresensi tak salah dalam mengungkapkan isi dari cerpen yang akan diresensi.

3)Membuat Kerangka Resensi.

Untuk memudahkan peresensi dalam meresensi sebuah cerpen, berikut dijelaskan hal-hal apa saja yang terdapat dalam sebuah kerangka resensi. kerangka resensinya sebagai berikut:

(a)Identitas Buku atau Cerpen

Judul buku

Pengarang

Penerbit

Terbit

Tebal

Harga (bila diperlukan)

(b) Isi Resensi

Berisi ikhtisar maupun penjelasan tentang isi buku atau cerpen secara ringkas.

(c) Penilaian (baik atau buruk)

Berisi kesimpulan tentang kelebihan dan kelemahan sebuah buku atau cerpen yang dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menentukan buku atau cerpen tersebut layak atau tidak untuk dibaca dan dibeli.

4)Mengembangkan Kerangka Menjadi Resensi yang Lengkap.

Untuk lebih jelasnya, berikut akan dicantumkan contoh sebuah resensi cerpen berdasarkan kerangka resensi. Contoh resensinya adalah:

Judul: Wajah Terakhir

Penulis : Mona Sylviana

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: 01 Agustus 2011

Tebal: 143 halaman

Harga: Rp. 35.000,-

Sebaliknya, Mona menyodorkan sebuah perlawanan dengan memperlihatkan marjinalisasi perempuan pada titik paling inti dan ekstrim, yakni penderitaan perempuan lewat deskripsi-deskripsi yang menghenyakkan. Di sini perempuan tidak muncul sebagai sosok yang menggapai-gapai kesetaraan dengan laki-laki, namun membiarkannya tampil sebagai sosok yang menderita.

Strategi ini boleh jadi jitu. Sebab dengan memfokuskan cerita pada ketertindasan seperti itu, pembaca akan ikut merasakan luka-luka yang dialami perempuan akibat marjinalisasi tersebut. Pembaca seakan diajak untuk memberikan makna lain sebuah penderitaan.

Seperti pada cerpen Mata Andin. Lewat mata seorang anak perempuan, pembaca di tarik untuk melihat penderitaan tokoh ibu tanpa menghadirkan keluhan-keluhan, kemiskinan yang melankolis.

 Kemiskinan seolah-olah bukan persoalan pokok oleh isteri yang disia-siakan oleh suaminya, namun ia punya solusi untuk mempertahankan hidupnya, dengan menjual ginjalnya.

Lihat juga cerpen Ba(o)rok. Dalam cerpen ini perempuan yang menjadi korban perkosaan seakan menjadi sosok yang tidak berharga di mata calon suaminya. Seakan sang calon suami adalah seseorang yang paling suci hingga memiliki hak untuk meninggalkan perempuan yang akan dinikahinya.

Namun sang Ibu menolak. Si anak berinisiatif mencari Barok. Namun di ujung cerita, si anaklah yang tidur bersama Barok.Hal lain yang unik dari cerpen-cerpen Mona adalah kejutan-kejutan yang ia sampaikan di belakang cerita.

Sebut saja pada cerpen Wajah Terakhir. Pada cerpen ini, tokoh Maria korban pemerkosaan etnis minoritas berkesempatan menjadi penerjemah seorang pasien kanker stadium empat. Maria tahun pasien ini adalah Ayah dari lelaki yang pernah memerkosanya.

Awalnya pembaca buku akan menduga kesediaan Maria untuk menolong pasien itu karena alas alasan-alasan kemanusiaan. Namun sebenarnya ia ingin mempercepat kematian sang pasien.

Kelebihan lain dari cerpen-cerpen Mona ialah penggambaran yang detil lewat pemilihan diksi yang begitu selektif. Ini membuat pembaca benar-benar terlibat dalam situasi-situasi yang digambarkannya.

5)Merevisi Resensi.

Hal yang paling akhir dalam meresensi sebuah cerpen adalah memeriksa kembali keseluruhan dari resensi cerpen yang telah dibuat. Cek ulang ini dibutuhkan agar tidak terjadi penyimpangan antara isi resensi dengan cerita asli yang ada dalam cerpen. 

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun