Dari contoh dan uraian yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa, sifat kosmopolitan atau mudah menerima orang luar sudah berlangsung lama dan bukan hal baru dalam masyarakat Aceh termasuk saat menentukan pemimpin.
Masyarakat Aceh  Mempunyai Pondasi Berpikir KokohÂ
Masyarakat Aceh di samping memiliki watak yang keras juga memiliki cara berpikir yang unik. Emosional masyarakat Aceh lebih mudah disentuh dengan teknik- teknik tertentu. Apabila emosionalnya sudah disentuh dengan cara cara lembut mereka akan merelakan segala -galanya.
Akan tetapi, Â apabila emosional disulut dengan cara- cara kasar, maka siap - siap saja mereka akan bangkit seperti harimau yang baru bangun dari tidurnya. Maka wajar apabila mereka lebih suka berperang.Â
Peperangan bagi mereka sesuatu yang indah dan mencari jalan syahid. Ini akan terjadi apabila ranah -ranah sensitif keagamaan diporak -poranda.
Lalu bagaimana kaitannya dengan pondasi berpikir kokoh berkaitan dengan pemilihan pemimpin atau presiden?. Bagi orang Aceh, ditinggalkan sendirian pun boleh dalam tataran politik. Asalkan pendirian politik mereka tidak boleh diganggu dan diusik.Â
Jauh sebelum putusan politik diberikan terhadap satu calon presiden , mereka sudah membaca trik record dalam berbagai perspektif. Setiap gerak langkah dan rekam jejak calon presiden dikuliti habis- habisan.Â
Hampir setiap warung kopi yang ada di Aceh selalu disuguhi dengan "Diskusi Ala Warung Kopi"untuk calon pemimpin negeri.Â
Mereka tidak segan dan takut dalam menyampaikan pendapat tentang figur yang akan dipilih. Selanjutnya tingkat Critical thinking yang dimiliki masyarakat Aceh luar biasa terutama dalam menentukan putusan politik terhadap pemimpin negeri ini dalam lima tahun ke depan.Â
 Masyarakat Aceh sangat menjunjung tinggi agama, adat dan Ilmu,  sehingga Mereka berpegang teguh pada  "Harga Pemimpin Masa Depan  Ditentukan Hari Ini"
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 LhokseumaweÂ