Kedua struktur tersebut termasuk dalam unsur  intrinsik dan ekstrinsik apabila dikaji dengan pendekatan struktural sebagaimana yang ada dalam sebuah kajian sastra.
Permasalahan yang muncul adalah bagaimana teknik, cara, dan strategi guru dalam mengajarkan kedua variabel tersebut sehingga berakhir dengan produk musikalisasi puisi? Produk pembelajaran dari perpaduan dua variabel  dalam bentuk musikalisasi puisi merupakan indikator keberhasilan pembelajaran kedua variabel tersebut.Â
Agar pembaca tidak meraba -raba dan menduga- duga bagaimana ulasan berikut, penulis akan membagi tulisan ini pada masing- masing bagian yaitu, pembelajaran cerpen, pembelajaran puisi mengkonversi cerpen menjadi puisi dan musikalisasi puisi
Pembelajaran  Cerpen
Cerpen merupakan salah satu bagian dari karya sastra dalam bentuk naratif. Disebut naratif, karena  karya ini menceritakan  tentang sepenggal kehidupan tokoh. Dilihat dari segi bentuk dan bahasa yang digunakan cerpen Ini terbagi dua yaitu, cerpen non-fiksi dan cerpen fiksi.Â
Cerpen non-fiksi adalah sebuah karya sastra yang menggunakan narasi sebagai media penyampaian kisah hidup seseorang. Akan tetapi, kisah yang disajikan berdasarkan pengalaman yang dialami oleh tokoh secara nyata. Artinya pengalaman hidup tokoh yang diuraikan menggunakan pola urutan kronologis secara nyata. Kisah - kisah yang disajikan dalam cerpen tipe ini adalah kisah nyata berdasarkan fakta dan data sebagai penguat cerita.
Sedangkan cerpen fiksi adalah sebuah cerita mengisahkan tentang kehidupan tokoh yang mengandung kesan tunggal. Cerpen jenis ini ditulis dengan bersandar pada daya hayal dan imajinasi. Sumber cerita bisa didapat dari pengalaman penulis, pengalaman orang lain ataupun kisah - kisah yang ditulis dengan imajinasi yang lengkap. Semua peristiwa, tempat, dan tokoh  yang digambarkan dalam cerpen ini adalah fiktif semata.
Dilihat dari segi fisik, cerpen mempunyai ciri khas yaitu dialog. Dialog - dialog inilah yang membedakan antara cerpen dengan karya naratif lain seperti biografi tokoh. Kemudian cerpen mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh. Karena menceritakan sepenggal kehidupan tokoh hingga terjadi perubahan nasib dari sang tokoh yang diceritakan.Â
Hal ini menyebabkan tokoh- tokoh yang ada dalam cerpen dibatasi kehadirannya.
Berkaitan pada pembatasan tokoh, kesan tunggal yang dimunculkan, maka bentuknya pun tidak terlalu panjang. Secara tradisional orang memahami habis dibaca sekolah duduk. Atau kadang menyebutnya langsung dengan jumlah kata tidak lebih dari 10 ribu kata. Apakah hal ini salah atau bertentangan dengan konsep cerpen sesungguhnya?
Hemat penullis, jumlah kata tidak dapat dijadikan indikator apakah itu sudah termasuk cerpen? Namun yang menjadi pokok dalam memahami ciri -ciri cerpen adalah pada kesan tunggal yang dimunculkan. Â
Ketika berbicara pada kesan tunggal yang dimunculkan dijadikan fokus utama dalam memahami cerpen, maka jumlah tokoh dan perubahan nasib serta jumlah kata dengan sendirinya akan masuk secara komprehensif. Â Lantas bagaimana cara mengajarkan cerpen agar mudah dipahami oleh siswa?