Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Untuk-Mu Ya Rasul

27 Desember 2023   12:38 Diperbarui: 27 Desember 2023   12:54 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ketika langit dan bumi masih dalam Tabula rasa
NamaMu adalah ruh  perekat dunia
Lalu, ketika bumi diceraiberaikan dengan langit
Cahayamu adalah pondasi tegak dan kokohnya bumi

Nun jauh di sana,  sebelum alam  penuh sesak dan berdesak,  
Nama Mu sudah disandingkan dengan Namanya

Ya Muhammad,  Ya Rasulullah, Ya Habibullah
Engkau adalah mahar terindah antara Adam dan Hawa
 curahan rahmat bagi alam sejagat
Dari kejamnya bangsa jahiliyah

Baca juga: Hakikat Puisi

Ya Muhammad kekasih Allah
Hadirmu adalah pelepas dahaga kasih
Ucapanmu adalah petuah, Sikap-Mu adalah pedoman
Syafaatmu adalah berkah menata harap
Mengenang Mu adalah ibadah
Teuladan mu adalah harapan segala anak adam

Ya Muhammad,  Ya kekasih Allah
Empat abad telah berlalu,  namamu masih membusur
Pada setiap bibir pemburu rahmat,
Pada setiap dada mengharap kasih
Pada setiap masa ketika zaman berputar haluan

Empat belas abad sudah,  waktu  dilipat
Riwayatmu masih bersenandung dalam salat dan doa
Berkumandang dalam detik,  menit, dan masa
Bercerita tentang derita dan bahagia

Ya Muhammad,  Ya Rasulullah
Dalam diam kami bermunajat
Dalam sunyi kami bersalawat
Dalam riuh kami menyebut Nama Nya dan namaMu

Baca juga: Aku dalam Cakar-Mu

Ya Rasulullah  kekasih Allah
Hari ini,  di negeri para ambia
Kami bersatu,  merunduk, merajut  cerita
Menghantarkan salawat, merengkuh syafaatmu.

Baca juga: Puisi: Kau

Lhokseumawe,  Desember, 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun