Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
Hari ini adalah hari pembagian catatan amal pengetahuan dan sikap siswa yang dinilai selama satu semester berlangsung pada satu tahun pelajaran. Kegiatan ini dalam dunia pendidikan lebih dikenal dengan hari pembagian rapor.
Kegiatan semesteran ini meninggalkan kisah yang menarik. Kisah-kisah tersebut ada yang menyenangkan, baik bagi peserta didik, maupun bagi guru yang menjadi palang pintu dalam pembelajaran.Â
Bagi peserta didik, ini merupakan momentum yang ditunggu-tunggu setelah melakukan persiapan yang matang dengan belajar dan mengikuti ujian. Ada hal yang membanggakan, jika nilai-nilai yang diraih dalam bentuk angka yang maksimal sesuai harapan.
Angka-angka ini walaupun bukan merupakan suatu tujuan dalam mengubah kehidupan, akan tetapi setidaknya menjadi indikator dan sebuah kebanggaan apabila dapat diraih dengan sempurna.Â
Selanjutnya, bagi guru ini merupakan sebuah rutinitas dan kewajiban dalam menjalankan tugasnya sebagai abdi negara dalam bidang pendidikan. Namun pada saat pembagian rapor ada hal yang paling mencolok dan menjadikan sebagai fenomena menarik di antara sesama guru pada momen seperti ini.
Pada momen pembagian rapor seperti ini terdapat dua kategori guru, yaitu guru yang mengajar mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki. Namun ada juga guru yang diberikan tugas tambahan yaitu guru wali kelas.
Pada saat pembagian rapor sudah menjadi pemandangan umum, setiap sekolah tentunya diambil oleh orangtua. Tujuan dilakukan agar adanya sebuah komunikasi yang terjalin, baik antara orangtua siswa dan sekolah.Â
Untuk sekolah sudah pasti diwakili oleh wali kelas yang sudah ditunjuk. Dengan demikian dapat ditarik benang merah bahwa, peran wali kelas dalam pembagian rapor khususnya berkaitan dengan orangtua adalah perwakilan sekolah secara langsung.Â
Suatu ketika penulis mencoba mengintip kelas-kelas yang diisi oleh wali kelas dan orangtua siswa pada saat pembagian rapor. Ada hal unik yang terjadi, dan ini sudah berlangsung lama hampir di setiap sekolah, terutama pada sekolah maju dan berbudaya.Â
Keunikan tersebut tampak pada adanya sejumlah hadiah dan buah tangan yang diberikan kepada wali kelas dari orangtua siswa. Hadiah atau buah tangan yang diberikan beragam. Kadang ada yang berupa makanan, aksesoris atau apa saja yang meninggalkan kenangan bagi guru wali kelas.Â
Pertanyaan yang muncul adalah adakah manfaat bagi kehidupan pembelajaran sebagai proses pembentukan karakter siswa dan guru selaku pengajar utama di sekolah? Selanjutnya apakah ini dapat dianggap sebagai gratifikasi dari orangtua kepada wali kelas?
Amatan penulis ketika selesai pembagian rapor ada di antara wali kelas mendapatkan hadiah dari wali siswa yang luar biasa. Pemandangan seperti itu tidak lagi menjadi hal aneh pada tingkat sekolah tertentu.Â
Suatu ketika penulis bercanda" Kok Ibu tidak mendapat hadiah banyak seperti Ibu Anu? ", Oh Biasa Pak, Saya kan bukan wali kelas" Biasanya yang seperti itu hanya wali kelas lho pak!" Saya tidak dapat tidak mengapa, yang penting para siswa tidak membenci saya, itu saja sudah cukup" ujarnya
Ilustrasi di atas menggambarkan sebuah fenomena yang menyita perhatian insan pendidik. Di samping itu guru-guru yang bertugas mengisi ruang-ruang kosong dengan ilmu pengetahuan setiap hari pembelajaran seperti terabaikan dimata para orangtua. Atau ada sesuatu yang diharapkan oleh orangtua dari para wali kelas yang mengasuh anak-anaknya selama belajar.Â
Bagi guru-guru profesional yang bekerja dengan ikhlas, mereka menganggap hal itu sesuatu yang lumrah dan biasa, Mereka berpendapat bahwa, semua guru wajib menjadi wali kelas, cuma waktunya saja yang berbeda dan berganti-ganti sesama guru lain.Â
Menjalin Hubungan Menarik antara Guru Wali Kelas dan Orangtua Siswa
Sebagai media penghubung antara sekolah dan warga masyarakat selain komite sekolah, ternyata wali kelas juga dapat dijadikan sebagai sumber utama dalam mengontrol semua kondisi dan perilaku yang dimiliki siswa.Â
Sebagai wali kelas yang baik, guru yang ditunjuk selalu memiliki buku penghubung atau grup komunikasi secara intens antara wali kelas dan orangtua siswa. Dalam buku penghubung atau media grup WhatsApp biasanya membicarakan tentang perkembangan peserta didik meliputi kompetensi belajar, kehadiran, dan sikap siswa selama proses pembelajaran.Â
Hubungan menarik ini semakin hari semakin berkembang tergantung pada sikap dan kondisi pembelajaran yang menjadi subjek pembicaraan. setiap permasalahan dibicarakan dari hati ke hati dalam grup tersebut. Apabila terasa sangat privasi, maka mereka membutuhkan mediasi lanjutan dengan cara tatap muka.Â
Hal ini telah memberikan sebuah ruang yang baik bagi hubungan kedua belah pihak. Selanjutnya, hal Ini menunjukkan adanya suatu hubungan timbal balik yang baik antara guru wali kelas dan orangtua siswa.Â
Kadang-kadang di celah hubungan menarik ini juga terdapat hal yang tidak dinginkan oleh kedua belah pihak. Sebagai orangtua dan guru, mereka sama-sama menginginkan peserta didik atau objek binaan menjadi orang yang berhasil dalam pembelajaran.Â
Akan tetapi, hal itu tidak selamanya berjalan efektif sesuai dengan harapan kedua belah pihak. Sikap profesionalisme dan emosional telah menjadikan segala sesuatu berubah dalam mencapai tujuan yang sama.Â
Faktor emosional yang muncul berlebihan dari orangtua kadang membuat wali kelas tidak merasa nyaman. Masalah ini juga berlaku sebaliknya dalam hubungan tersebut, sehingga ada saja hal yang dimunculkan dari permasalahan tersebut. Bahkan, hal ini tidak jarang berdampak pada peserta didik sebagai subjek dalam pendidikan.Â
Merebut Perhatian Guru Wali Kelas untuk Peserta DidikÂ
Tanpa disadari, tampaknya ada sesuatu yang tersembunyi lewat hadiah yang diberikan wali siswa kepada wali kelas. Sesuatu harapan dan keinginan yang dimiliki oleh orangtua pada wali siswa terhadap anaknya.Â
Harapan tersebut berupa perhatian dan bimbingan secara berkelanjutan terhadap peserta didik. Dalam konteks psikologis, biasanya apabila ada sesuatu hadiah yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai ikatan kerja sama kedua belah pihak selalu ada hal yang tersembunyi. Ada semacam perhatian lebih yang ditagih oleh orangtua siswa melalui buah tangan yang diberikan kepada wali kelas.Â
Bagi wali kelas sendiri, akan ada budi yang tidak sengaja ditanamkan oleh orangtua dalam bentuk perhatian yang plus kepada anaknya. Buktinya hal ini akan berlangsung ketika guru tersebut menjadi wali kelas bagi anaknya.Â
Selesai proses itu berlangsung bagi sebagian orang, hal ini akan dianggap sebuah kenangan. Namun ada juga yang menjadikan hubungan saudara dan kekerabatan yang kuat. Artinya, ada harapan atau perhatian lebih terhadap siswa yang diberikan oleh wali kelas dalam rangka menunjang cita-cita anaknya.Â
Selanjutnya, memberikan hadiah kepada wali kelas bukankah termasuk budaya melestarikan suatu budaya yang tidak baik dalam dunia pendidikan?Â
Kalau dilihat lebih mendalam budaya pemberian hadiah kepada wali kelas sebagai bentuk ucapan terima kasih dapat melecehkan profesi mulia ini. Usaha dan upaya pembentukan nilai-nilai karakter baik pada diri siswa menjadi pudar melalui momen seperti ini.
Sebagai guru yang profesional, mereka selalu menolak hal seperti itu. Sesungguhnya penolakan itu dilakukan sebagai bagian membudayakan orangtua dan peserta didik agar menjauh dari hal gratifikasi tersebut. Gratifikasi dalam konteks ini adalah adanya sejumlah perhatian lebih yang diberikan guru di luar kewajaran.Â
Ketika pemberian hadiah kepada wali kelas berlangsung secara terus menerus, peserta didik akan memberikan dampak buruk terhadap dunia pendidikan. Guru-guru akan ketagihan dan menyimpan sejumlah harapan apabila musim pembagian rapor datang.Â
Guru yang sekolahnya termasuk sekolah favorit saat dipindahkan ke sekolah lain, hal ini akan terasa beda. Sekolah yang penghasilan yang orangtuanya standar dan tidak menyediakan biaya untuk hal tersebut maka akan membuat motivasi wali kelas menurun.
Sekolah favorit yang banyak memberikan keuntungan lewat pembagian hadiah pada saat pembagian rapor akan dijadikan referensi di sekolah baru.
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA N 1 Lhokseumawe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H