Rajutan kisah hampir terburai pada simpul
Kupikul harapan di atas kerikil jalanan
Bukit harapan samar-samar tampak merona
Duri kaktus berserak menghadang kisah
Di persimpangan alur, kelelahan mengurat di wajahmu
Pelupuk mata layu menutup warna hitam putih
Dadaku berdenting menumbuk rongga bersekat
Pejalan kaki menyunging sinis
Mulut bau ampas jeroan meludah di pangkuan
Kau seperti mati rasa dalam kegetiran
Aku berenang dalam kolam kecemasan
Menyelami dalamnya balada cinta
Ketika kudonggakkan kepala
Seekor pipit mendendangkan harapan
Kulihat kau terbangun dari lelapmu
Senyum kehidupan merekah dalam nada
Suara merdu mengundang kerinduan
Lalu kau berucap" ayo kita lanjut pertualangan kisah ini"
Â
Kugandeng tanganmu  menuju bukit harapan.
Terimakasih  belahan dadaku
Telah mengabdi pada bayang-bayang kisah,
Selama roh masih sepadan dengan jasad
Lhokseumawe, Â Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H