Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dilema Guru di Tengah Perubahan Karakter Siswa

18 Desember 2023   17:59 Diperbarui: 18 Desember 2023   19:19 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Mendidik, melatih, dan mengajar pada generasi yang mengalami perubahan karakter, guru harus benar-benar guru. Mengingat selama ini banyak siswa dan orang tua melakukan pelecehan terhadap guru. Di sisi lain, guru seperti tidak berada dalam satu paguyuban yang solid.

Undang-undang perlindungan guru nampaknya tidak dapat dijadikan sebagai tempat berlindung, ketika masalah melilit para pengajar. Media sosial dan mainstream tiap saat menyiarkan perlakuan siswa terhadap guru. Pengambil kebijakan sepertinya tidak ambil pusing terhadap kasus yang mendera guru hari ini. 

Kadang kasus itu dianggap biasa, ketika viral di media masa dunia tercengang. Satu dua organisasi paguyuban mulai bersuara membela para guru. Fenomenal dunia pendidikan hari ini adalah pemerintah tidak pernah melakukan pencegahan, akan tetapi penyebab yang jadi fokus masalah, sehingga hal ini menjadi liar dan susah diselesaikan. 

Hampir semua insiden yang terjadi pada guru bermula dari masalah sederhana dan sepele. Seandainya boleh meminta, maka guru pasti akan meminta" Borgol saja tangan ini, ketika berada dalam kelas!" Sebegitu takutnya guru, jika berbicara tentang tindakan yang diberikan guru pada siswa.

Dunia pendidikan seperti dicurigai oleh berbagai lembaga. Mereka bersemanyam dalam kehidupan orang tua siswa yang sigap jika menemukan kesalahan guru. Mereka tidak segan-segan menghukum guru sebagai balasan dendam terhadap perlakuan yang diberikan guru kepada siswa. Sementara itu, posisi guru tidak ada kepastian hukum. Aturan tetap saja tertulis pada lembaran bertabur pasal, sosialisasi digaungkan ke seantero jagad pendidikan. Guru tetap jadi tumbal kegagalan pembangunan. Demi

Penulis adalah  Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun