Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Debat Capres-Cawapres Digelar, Seberapa Penting?

12 Desember 2023   21:19 Diperbarui: 15 Desember 2023   03:36 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjar - Prabowo - Anies | kompas.com/kristianto purnomo

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd 

Tadi siang, ketika keluar dar tempat fitnes, penulis bertemu dengan teman dekat. Kebetulan beliau sekarang menjabat sebagai  Kepala Sekolah di kota penulis bertugas. 

Penulis bersalaman dengan hangat sambil melepaskan senyum sumringah. Bertanya kabar, saling menyemangati, dan memberikan motivasi tentang kerja, walaupun berbeda tempat tugas. Sudah lumrah hal seperti itu berlaku pada setiap teman , apalagi teman dekat ( Besti dalam kacamata generasi Z ) 

Dengan pakaian rapi dan necis bagai anak millenial (maklum usia dan selera berpakaiannya masih tergolong muda) Sambil ngobrol biasa, lalu Ia memberitahukan bahwa mau takziah ke tempat orang meninggal di kota B.

Namun jarak dengan tempat penulis bertugas sekitar 3 jam perjalanan. Sebelum Ia berangkat ada satu yang Ia kuatirkan sambil bertanya dengan nada hambar," Sempat tidak ya saya menonton debat kandidat calon presiden hari ini, karena ditayangkan secara live streaming di televisi nasional pukul 19.00 WIB.

Pertanyaan tersebut, akhirnya dijawab sendiri , "Tidak mengapa nanti dimanapun sampai jam tersebut saya berhenti di warung kopi untuk menonton debat tersebut", ujarnya.

Sambil bercanda penulis bertanya, "Emang penting sekali debat capres - cawapres buat kita sebagai rakyat biasa?"

Sambil berlalu dan memecahkan kebuntuan Dia menjawab, sebetulnya tidak penting -penting banget sih. Cuma saya mau melihat kecakapan- capres dan cawapres yang selama digadang - gadang oleh pendukungnya sebagai  figur yang dapat mengantarkan negeri ini ke depan pintu gerbang kearah yang lebih maju dan bermartabat tidak seperti selama ini. 

Percakapan dengan kawan karib berlansung begitu bersahaja tidak ada yang istimewa, apalagi jadi bahan diskusi hanya sebuah janji politik semu yang berfungsi sebagai retorika belaka saat debat berlangsung. Selebihnya akan menjadi tuntutan para pemilih selama bertahun- tahun. Bahkan apabila tidak dituntaskan paling minta satu periode lagi untuk menuntaskan janji pertama yang diucapkan.

Dialog sederhana itu tidak menimbulkan apapun dalam konteks pertemanan penulis dengan dirinya. 

Ketika penulis pulang menuju kediaman, di perjalanan muncul rasa penasaran terhadap jawaban yang diberikan teman penulis. Debat capres -cawapres dapat menentukan kualitas capres baik dari segi akademik maupun non akademik. 

Oleh karena itu untuk menghilangkan keresahan, penulis mencoba mengkaji seberapa perlukan debat capres- cawapres yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilu Umum (KPU).

Dari hal tersebut penulis menemukan jawaban bahwa debat capres- cawapres yang diselenggarakan agar menguji kompetensi dan kecakapan capres-cawapres, menguji kelayakan sebagai publik figur, menguji kepribadian dalam memimpin, dan kemampuan dalam mengambil tindakan yang urgent demi kepentingan bangsa. 

Menguji Kompetensi Intelektual dan Kecakapan Capres dan Cawapres 

Setiap capres -cawapres yang sudah disahkan haknya oleh konstitusi untuk menjadi presiden dan wakil presiden selama lima tahun ke depan, sudah pasti melewati syarat yang ditentukan. Salah satu syarat yang wajib dimiliki adalah tingkat pendidikan. 

Sudah berlaku secara umum, bahwa kompetensi intelektual ditentukan oleh tingkat pendidikan dan pengalaman, baik dalam berorganisasi atau apasaja yang telah mengasah seseorang, sehingga layak menjadi pemimpin. 

Hemat penulis selaku salah satu pendidik yang banyak bergelut dengan warga belajar. Salah satu wadah yang dapat dijadikan sebagai Indikasi dalam melihat kompetensi intelektual. Apalagi yang ikut dalam debat capres -cawapres adalah orang -orang pilihan dari 275 juta lebih masyarakat Indonesia. 

Di tangan presiden terpilihlah negara ini akan dikelola ke arah yang lebih baik dan bermartabat. Orang-orang tersebut yang menjadi publik figur dan membangun sejarah bangsa harus diuji kompetensi intelektualnya melalui debat. 

Bahasa merupakan sebuah representasi pikiran yang dimiliki oleh setiap insan. Hal ini tidak dikecualikan bagi orang- orang yang akan menjadi nakhoda bagi 275 juta lebih bangsa Indonesia harus dilayani segala haknya yang dijamin konstitusi.  

Bagus tidaknya kompetensi intelektual terhadap pemaparan program ke depan akan tercermin dari pikiran- pikiran yang disampaikan secara sistematis dalam bentuk debat capres dan cawapres yang digelar. 

Masyarakat sebagai konstituen yang mengikuti debat capres -cawapres dan diselenggarakan menjadi lebih leluasa menilai para calon pada saat melakukan debat. Sebagai tambahan, debat ini juga merupakan sebuah magnet bagi konstituen yang selama ini memandang salah satu pasangan. 

Menguji Kepribadian Capres -Cawapres 

Pada saat debat capres -cawapres berlansung selalu dihiasi dengan pertanyaan sesuai dengan tema yang dipilih. Pertanyaan- pertanyaan tersebut ada yang ditanyakan oleh panelis dan oleh pasangan capres tersebut pada sesi saling melempar pertanyaan. 

Pertanyaan - pertanyaan tersebut membutuhkan jawaban. Jawaban yang dibutuhkan harus bersifat logis mudah dipahami dan tidak bertele-tele. Artinya, bukan asal jawab, jangan nanti yang ditanya ini malah jawabannya lari ke mana -mana. 

Biasanya dalam debat kandidat seperti ini, para debater dituntut harus memahami pertanyaan yang diberikan terlebih dahulu kemudian baru menyusun strategi untuk menjawab. Dalam debat seperti itu akal sehat selalu dijadikan sebagai alat berpikir untuk menyelesaikan segala masalah yang ada dalam pertanyaan yang diajukan.

Intinya kepribadian meliputi egoisme, kesopanan dan kesantunan serta budaya- budaya yang mencerminkan sopan- santun menjadi indikator penilaian kepribadian dalam debat tersebut. 

Bagus tidaknya kepribadian seorang calon pemimpin kedepannya akan terlihat dari sekarang pada saat melayani lawan bicara, Melalui penyampaian argumentasi secara tepat dan terukur hal tersebut akan terlihat jelas. 

Kesantunan dalam melayani kritik lawan debat terhadap masalah yang pernah dilakukan yang berhubungan dengan pemerintah,menunjukan bahwa Ia memang layak dan berkelas untuk dijadikan panutan sebagai pemimpin Indonesia masa depan

Sebagai penegasan dari paparan butir pada poni ini adalah kepiawaian mengelola pertanyaan dan jawaban capres- cawapres pada debat akan memberikan sebuah indikator kepribadian sang calon. Kepiawaian tersebut meliputi cara memberikan tanggapan, komentar dan kritik terhadap lawan debat. Kedua hal ini akan memberikan sebuah perwujudan kepribadian capres cawapres.

Kemampuan dalam Menentukan Keputusan dan Kebijakan 

Sebagai presiden terpilih pada masa lima tahun ke depan sudah terntu berurusan dengan dua kata yang sudah disebutkan di atas. Kata keputusan dan kebijakan mempunyai makna yang berbeda, baik dari segi etimologi, maupun dari segi aplikasi. Makna yang berkaitan dengan aplikasi dari kata keputusan dan kebijakan sebelum dieksekusi membutuhkan suatu kajian yang mendalam. Apabila hal ini tidak dilakukan secara matang, dikuatirkan keputusan dan kebijakan yang diambil akan menuai kontroversi dan kegaduhan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Dalam debat capres- cawapres yang dilakukan secara terbuka, keputusan dan kebijakan yang akan diambil oleh pasangan calon terhadap permasalahan-permasalahan krusial dalam berbangsa selalu menjadi menarik untuk dipertanyakan, baik oleh panelis maupun sesama pasangan calon. 

Keputusan dan kebijakan yang diberikan oleh pasangan calon dapat digambarkan sebagai sesuatu yang nyata. Ketika pasangan calon tersebut terpilih dan melaksanakan tugas sebagai penyelenggara negara. Selanjutnya, para pemilih akan menjadi reviewer dalam kegiatan tersebut. 

Setelah melakukan penilaian terhadap debat yang dilakukan khususnya mengenai kebijakan dan keputusan yang akan diambil ketika calon menjadi penguasa negeri. Para pemilih atau masyarakat dapat menetapkan atau mengubah pilihan terhadap calon  yang sudah ditetapkan dari awal sebelum debat digelar.

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun