Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Wujud Tuturan Persuasif yang Digunakan Kontestan Pemilu Tahun 2024 pada Baliho

6 Desember 2023   15:00 Diperbarui: 6 Desember 2023   15:51 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar: Dokumen Pribadi 

 

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd 

Sejak diberlakukan izin untuk melakukan kampanye secara terbuka baik caleg maupun capres dan cawapres. Seluruh negeri dipenuhi oleh baliho dan spanduk. Baliho dan spanduk tersebut bertaburan bagai jamur di musim hujan. Berbagai bentuk dan tulisan yang dipasak pada badan baliho dan spanduk. Bahkan baliho- baliho tersebut terasa mengganggu pandangan dan perjalanan para pengguna jalan. Hal ini disebakan baliho tersebut dipasang di tempat-tempat umum.

Melihat perkembangan  dan pemasangan baliho /spanduk begitu massif, penulis tertarik untuk mengulik  dan menelusur lebih jauh tentang jargon politik yang ditanam pada baliho tersebut.

Jargon politik yang ditulis  merupakan sebuah wujud tuturan secara langsung. yang mengimbau, memgajak pembaca atau konstituen untuk memilih dirinya pada pemilihan umum Tahun 20224.  

Menarik untuk dianalisis lebih jauh sehingga muncul  pertanyaan bagaimananakm wujud tutuan persuasif yang di digunakan oleh konstituen pada pemilu Tahun 2024?

Sekilas dari wujud tuturan yang dipakai pada baliho peserta pemilu tersebut mirip dengan iklan penjualan yang ada di media sosial dan surat kabar.Perbedaan yang mencolok dari kedua hal tersebut ada pada objek yang dipasarkan. Kalau pada iklan penjual yang ada di media cetak atau elektronik, mereka menjual barang, jasa atau lainnya yang dibuat untuk dikonsumsi oleh konsumen.. Sedangkan untuk para peserta pemilu ,mereka menjual gagasan kepada pemilih

Pesan Tersembunyi di Balik Kalimat Kerita 

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, berdasarkan intonasi yang digunakan kalimat dibagi tiga jenis. Pertama, kalimat interogatif, atau kalimat tanya, kedua kalimat berita dan  ketiga kalimat perintah. Fokus tulisan ini adalah pada kalimat perintah yang digunakan dalam bentuk persuasif. 

Wujud tuturan persuasif sering didapatkan dalam ilmu Pragmatik.  Ilmu pragmatik ini mengkaji bagaimana kesantunan berbahasa itu dimunculkan pada setiap konteks. Ada bahasa yang intonasi  digunakan dalam bentuk kalimat berita padahal isinya adalah sebuah kalimat persuasi atau mengajak. Jika dikaitkan dengan contoh baliho yang berisi wujud persuasif Misalnya pada baliho " Bersama Kita Bisa,   Bersatu Kita Maju '  Kalimat seperti ini sering dijumpai berserakan  pada baliho salah satu partai politik.  Jika dianalisis kalimat di atas berbentuk kalimat berita yang isinya biasa saja tidak punya efek apapun terhadap pembaca. Artinya, ini kalimat biasa yang sering dijumpai dalam kehidupan berbahasa.

Walaupun  tulisan ini  sederhana namun padat makna. Apabila  hal  tersebut diikatkan pada baliho yang bergambar foto caleg atau capres yang dikenal familiar dengan pemilh, maka akan memunculkan makna yang dipersuasifkan.  Dengan bahasa yang tersembunyi para caleg dan capres seolah berbisik pada konstituen " Kalau mau hal itu dapat terwujud , Ayo..!. pilih Kami sebagai caleg atau presiden untuk  lima tahun  ke  depan ini"  Dengan bahasa lain, wujud tuturan  persuasif yang muncul adalah hal itu baru bisa terwujud,  jika Anda bersama Kami.

Perpaduan  Ilmu Semantik dan Pragmatik 

Wujud kalimat tuturan  yangdigunakan  pada baliho dapat berupa perpaduan antara ilmu  semantik dan ilmu pragmatik, kedua ilmu tersebut sama sama  mewujculkan wujud persuasi dilihat dari berbagai aspek . untruk ilmu semantik adalah satu disiplin lmu yang membongkar sejumlah tanda yang ada di balik semua lambang bunyi.  Sementara pragmatik adalh salah  satu disiplin ilmu yang mengkaji tentang kesantunan berbahasa. kedua ilmu ini menggunakan bahasa sebagai media dalam menyampaikan informasi yang tersebunyi dengan cara dan kiat masing-masing. 

Contoh lain berkaitan dengan  wujud tuturan persuasif  yang digunakan caleg  dalam mempersuasifkkan dirinya untuk dipilih oleh konstituen pada pemilihan umum seperti" Jalan Pulang Menuju Kakbah"Kalimat dalam jargon yang ditulis pada salah satu baliho yang kebetulan partai tersebut berlanbang kakbah. Tulisan ini ditulis pada baliho partai tersebut dengan tidak memunculkan ajakan sekalipun. Bentuk kalimat yang dipakai masih kalimat berita, bukan kalimat perintah yang isinya mengajak untuk memilih calon tersebut. Akan tetapi, ada makna yang dimunculkan secata semantik seperti yang sudah diuarakan di awal paragraf ini.

Analisis terhadap tanda dan lambang yang digunakan dalam konteks tersebut harus ditelaah secara detail..Kebetulan baliho yang seperti ini itu penulis dapatkan  di provinsi Aceh. Kakbah yang dianggap sebagai kiblatnya orang Islam dan kentara sekali apablia dikaitkan dengan negeri syariat Islam Melihat sekilas hal ini agak  sensitif bagi umat Islam. Namun sebuah langkah berani  bagi partai tersebut untuk menggunakan jargon tersebut Seolah - olah konstituen  khususnya yang beragama Islam selama ini sudah jauh melenceng dari kebenaran sehinnga  harus memilih partai dan  calon tersebut untuk sebagai perwakilan di DPR. 

Ini sesuatu yang luar biasa dilihat dan dikaji dari segi makna yang dimunculkan oleh baliho tersebut. Dengan nada halus  dan membujuk konstituen   untuk memilih mereka sebagai  perwakilan di DPR.  Wujud tuturan persuasif seperti ini  menggunakan dua bidang ilmu yaitu menggunakan ilmu semantik yang berkaitan denga tanda yang digunakan serta menggunakan bidang ilmu pragmatis. Penulis jargon ini tidak menduga sama sekali bahwa mereka sudah menggunakn dua disiplin ilmu pada satu jargon politik. selanjunya pembaca atau mitra tutur juga tidak mau tahu  hal yang digunakan oleh para penulis tentang  jargon poltik yang bersiaf persuasif. 

Pengguna Kalimat Transparan

Secara umum banyak didapatkan  baliho yang digunakan konstestan pemilu adalah menggunakan wujud tuturan persuasif  secara transparan.   Misalnya :" Mohon Doa dan Dukungan"    jargon ini   berbentuk sebuah perintah secara halus untuk mendukung dirinya. Setiap  mitra tutur yang menjadi partisipan dalam pemilu memahami secara langsung maksud yang disampaikan oleh penulis jargon politik tersebut. Perbedan  dengan jargon sebelumnya yang sudah diuraikan di atas  adalah terleteak pada transparansi yang digunakan  kontestan  terhadap permohonan dukungan. Wujud tuturan  persuasif seperti ini dapat dibayangkan bahwa ada  foto konstituen yang berada di baliho tersebut dengan posisi kedua tangan mendekap di dada seperti memohon sesuatu. di bawah foto konstituen tersebut  terdapat jargon " Mohon Doa dan Dukungan"  ini pola zaman dalam berkampanye yang  sudah mulai ditinggalkan  partai -partai moderat saat ini sesuai dengan kemajuan yang dimiliki oleh generasi  Z. Model penggunaan jargon seperti menunjukkan kurangnya kreativitas konstituen  dalam melakukan kampanye. 

Wujud  Tuturan Persuasif yang Digunakan Capres

Wujud persuasif yang digunakan oleh capres dan cawapres dalam hal mengggait  pemilih terutama pemilih pemula. Mereka lebih kreatif dalam memilih diksi dan kalimat dalam mensosialisasikan program yang akan dilaksanakan.  Jika mereka terpilih jadi presiden. Wujud tuturan persuasi disetting oleh tim kreator pada setiapdalam    TIM pemenangan. Tentunya TIM  kreator ini berasal dari kaum muda yang memahami  dengan tepat semua keinginan generasi Z.  

Kreativitas dalam penyusunan wujud tuturan persuasif yang akan disampaikan oleh calon dan wakil presiden pada saat kampanye terbuka sangat mempengaruhi konstituen.  Pemilihan wujud tutuan persuasif harus dilakukan dengan selektif, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan calon apabila dibandingkan dengan calon lain sebagai konstentan pemilu.  Setiuap pasangan calon selalu mengingikan wujud tuturan persuasif yang digunakan  harus tersimpan di alam bawah sadar calon pemilih. Hal ini diharapkan memunculkan sebuah kesan tunggal yang mendalam apabila calon pemilih mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada hari H. 

Bukan hanya dari penggunaan wujud tuturan t persuasif  yang dapat dijadikan sebagai referensi, akan tetapi  semua alat atau tanda yang dijadikan media kampanye oleh pasangan calon harus mempunyai unsur persuasif dan ajakan yang kuat kepada calon pemilih untuk memberikan kepada objek pilihan yang telah dikampanyekan.  Untuk mewujudkan hal tersebut sangat tergantung pada kreativitas yang dimiliki oleh TIM pemenangan masing -masing pasangan capres dan cawapres. 

 Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun