OLeh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
Sebagian orang yang sudah biasa menulis, kegiatan merangkai dan membolak-balikan diksi sesuai tujuan menjadi hal biasa. Kegiatan ini akan berbanding terbalik bagi orang yang baru mengeja dalam  menulis. Bagi orang yang belum mampu menulis, jika diajak untuk menulis satu kalimat saja akan terasa berat . Ada banyak hal yang dialami oleh penulis, terutama penulis pemula ketika jemarinnya diajak menari di atas keyboard laptop yang penuh sensasi. Tubuh mereka seperti dipasak di atas kursi- kursi lapuk. Pikiran menerawang kemana suka, tak terarah tidak tahu apa yang mendera pikiran mereka.Â
Hal di atas adalah pengalaman penulis, ketika diminta untuk menyajikan teknik mudah dalam menulis bagi pemula. Padahal bukan sekali ini penulis dipanggil untuk memberikan pelatihan menulis bagi pemula, baik untuk guru maupun siswa pada tingkat Sekolah Menengah Atas ( SMA) Â Biasanya produk yang dihasilkan dari pelatihan ini adalah berupa kumpulan atau antologi cerpen dan karya ilmiah populer dalam bentuk buku.
Tulisan- tulisan yang dihasilkan oleh  pemula dikumpulkan diberi kreativitasmelalui  pengeditan dan dikirim ke penerbit hingga menghasilkan buku yang  Ber-ISBN. Bagi penulis , bukan masalah pengumpulan, pengeditan dan pengiriman karya ke penerbit yang jadi soal. Namun penulis kadang- kadang menjadi tidak siap dan putus asa menghadapi para penulis pemula..
Penulis mengalami dilema bagaimana harus memulai? Apabila salah dalam mengelola kondisi awal pelatihan, maka akan berdampak hasil maksimal yang diharapkan. Melalui berbagai cara dari wawancara yang penulis lakukan terhadap objek pelatihan. Terdapat jawaban yang mendasar tentang mengapa penulis pemula sangat sulit diajak untuk merangkai kata menjadi kalimat yang padu dalam menyampaikan sebuah ide secara kreatif.  Adapun kendala yang dihadapi penulis pemula dalam menyampaikan ide-ide secara kreati dalam bentuk tulisan adalah meliputi  kurangnya pengetahuan tentang menulis,  sulit mendapatkan ide, tidak tau harus mulai dari mana , dan tidak mempunyai pola dalam menulis.Â
Kurangnya Pengetahuan  tentang MenulisÂ
Menulis merupakan sebuah keterampilan  produktif yang menuntut adanya  pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud adalah keterampilan menggunakan bahasa sebagai media dalam menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Pengetahuan  yamg yang dibutuhkan untuk menulis adalah  menata ide -ide secara kreatif dan sistematis. Ada tidaknya pengetahuan menulis seseorang dapat dilihat pada tulisan yang dihasilkan. Tulisan merupakan perwujudan segala keahlian yang dimiliki penulis dalam ragam tulisan. Berkaitan dengan judul  di atas. penulis pemula sama sekali tidak mempunyai skemata tentang menulis. Bahkan konsep menulis itu sendiri mereka tidak memahami.Â
Ketika penulis mencoba bercanda sambil  bertanya " Apakah Kalian sudah pernah menulis? " Dengan serentak mereka menjawab " Pernah!" Akan tetapi, penulis mencoba memutar haluan pertanyaan " Apakah  yang Kalian lakukan selama ini menulis atau menyalin? " Tak ada yang menjawab, suasana kelas seperti mati suri. Tiba -tiba seorang siswa menjawab " Selama ini Kami menyalin pak!"
Dialog kecil di atas membuktikan bahwa ada kesenjangan antara menulis dan menyalin. Menyalin dalam konsep sesungguhnya adalah memindahkan tulisan  dari satu tempat ke tempat lain atau Istilah komputer Copy Paste. Menyalin tidak membutuhkan pikiran sebagai pijakan dalam bekerja. Sedangkan menulis dilakukan dengan mencurahkan segala perasaan, pikiran, dan tenaga  dalam mewujudkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan.Â
Kurangnya pengetahuan penulis pemula dalam menulis juga disebabkan oleh faktor frekuensi membaca yang dimiliki oleh  pemula. Keseringan membaca akan berdampak pada pengetahuan terhadap menulis. Dengan banyak membaca, seorang penulis akan mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan ilmu dalam menulis. Hal ini berlaku  untuk bentuk dan jenis serta tata cara menuangkan ide.Â
Sulit Mendapatkan Ide
Ide merupakan sebuah gagasan yang ada dalam pikiran penulis. Ide tersebut bersifat abstrak. Artinya tidak bisa diinderawi atau empiris. Ide baru tampak apabila sudah diwujudkan dalam karya atau produk. Dalam dunia kepenulisan, ide yang dimaksud adalah suatu bentangan tulisan yang mengantarkan suatu informasi kepada pembaca. Informasi yang disampaikan dapat berupa apasaja sesuai dengan kemauan penulis. Penulis pemula seringkali mengalami kesulitan dalam menjaring ide. Mereka selalu bertanya harus mulai dari mana ya dan apa ide yang cocok untuk dituliskan?
Sebagai instruktur dalam pelatihan menulis , penulis selalu punya trik agar penullis pemula bisa keluar dari masalah tersebut. Ide untuk menulis bagi pemula sangat mudah ditemukan, misalnya tentang masalah yang sering dihadapi di sekeliling penulis itu sendiri. Ide- ide tersebut sangat banyak dan mudah untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan. Trik dan tips yang digunakan dalam menjaring ide bagi pemula adalah dengan menumbuhkan motivasi  untuk menulis. Ide-ide seperti pengalaman pribadi dan pengetahuan tentang suatu disiplin ilmu yang dimiliki. Dengan bersandar pada pengalaman, para pemula lebih nyaman dalam merangkai ide menjadi tulisan yang pada . Pengalaman adalah sesuatu yang melekat dalam pikiran penulis  teutama pemula. Hal ini lebih mudah dituangkan dalam bentuk tulisan.Â
Tidak Tau Harus  Mulai dari ManaÂ
Setiap penulis pemula selalu merasa tersesat dalam barisan tulisan. Mereka bingung tidak tahu harus mulai dari mana untuk menulis. Rata- rata pena yang mereka miliki seperti digantung dan tintanya  kering, sehingga tidak satu kalimatpun mampu membusur dari ujung pena yang penuh gagasan. Hal ini sebenarnya sangat mudah ditangani. Dengan mengarahkan mereka untuk membuat peta konsep atau jejaring ide. Wadah ini memberikan kemudahan bagi pemula . Artinya, setiap gagasan  besar yang megah, biasanya merupakan susunan gagasan kecil yang hebat. Â
Gagasan - gagasan kecil tersebut dibingkai dalam bentuk kerangka tulisan. Tugas pemula adalah mengembangkan gagasan yang sudah  dipetakan menjadi sebuah paragraf yang koheren dan kohesi Perlu diperhatikan dalam mengembangkan gagasan menjadi paragraf atau wacana yang padu adalah, dilarang menoleh ke belakang, dilarang membaca ulang pada saat proses penulisan berlangsung, dan dilarang melakukan pengeditan pada saat tulisan lagi ditulis. Ketiga hal ini merupakan faktor utama yang menghalangi  keleluasaan pemula dalam melakukan pola tuang.Â
Menoleh kebelakang adalah melihat kembali  tulisan yang sudah ditulis.. Faktor ini merupakan salah satu penghambat menulis. Intinya setiap gagasan yang mengalir deras dari pikiran pembaca dan diwujudkan dalam bentuk tulisan tidak boleh dihambat oleh apapun termasuk pola melihat kembali tulisan yang lagi disiapkan. Padahal hal ini tidak perlu dilakukan, karena pada saat tulisan itu siap akan dilakukan pengeditan. Faktor lain  yang sudah disebutkan juga sama dalam konteks ini. Intinya  setiap penulis harus komit dan konsisten mengembangkan tulisan sesuai dengan ragangan gagasan yang sudah dibuat.Â
 Tidak Mempunyai Pola Menulis
Pola menulis adalah sebuah model atau patron dalam mengembangkan ide menjadi tulisan yang baik. Penulis pemula biasanya tidak tahu bahwa dalam menulispun ada pola yang dapat digunakan. Pola- pola tersebut berkaitan dengan pengembangan paragraf.  Biasanya pola ini sering disebut dengan pola tuang gagasan. Pola- pola tuang atau pengembangan paragraf  dapat dipilih sesuai dengan keinginan dan kemudahan penulis. Pola tuang deskripsi sangat cocok digunakan untuk menuangkan gagasan dalam bentuk gambaran  berupa objek dan suasana yang ingin dutulis. Untuk pengungkapan  sebuah peristiwa yang berlasung seperti tali -temali dapat digunakan pola urutan kronologis. Pola ini biasanya digunakan oleh para Jurnalis dalam menulis teks berita.
Ada juga penulis menggunakan pola sebab- akibat atau akibat- sebab dalam mengembangkan sebuah tulisan yang mempunyai hubungan timbal balik, baik berkaitan dengan hal, konsep atau peristiwa. Selain pola - pola yang sudah disebutkan di atas  masih banyak  lagi model pengembangan sebuah tulisan. Apabila pola pengembangan paragraf yang sudah diuraikan  di atas  dimiliki dan dipahami oleh penulis pemula,maka mereka sangat mudah dalam menulis walupun masih tergolong pemula. Untuk menghadapi hal tersebut setiap instruktur atau pelatih yang memberikan pembinaan pada penulis pemula , hal ini harus menjadi prioritas. Akibatnya, sudah ada ide, sudah ada waktu yang tepat untuk menulis dan sudah memiliki pengetahuan menulis. Ini tidak akan berdampak apabila pola pengembangan tulisan tidak dipahami para pemula.Â
Simpulan :
Menjadi instruktur pada penulis pemula adalah sebuah tantangan, sekaligus pengalaman dalam mengembangkan diri menjadi penulis yang handal. Selanjutnya, penulis  diajak untuk  memahami bagaimana sih seluk -beluk menjadi penulis pemula. Hal ini telah memberikan sebuah konstribusi  untuk menyebarkan virus - virus literasi pada generasi muda. Ini merupakan wujud kepedulian penullis terhadap pembangunan bangsa dalam bidang literasi ... AminÂ
Penulis adalah Pemimpin Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA  Negeri  1 Lhokseimawe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H