Dalam tulisan ini penulis tidak akan membahas secara detai keseluruhan gaya bahasa yang ada  dalam bahasa Indonesia. Semua jenis dan bentuk gaya bahasa yang sudah disebutkan di atas mempunyai peran utama dalam berbahasa.  Peran ini merupakan bukti bahwa gaya bahasa tidak bisa dipandang sebelah mata.  Berbahasa tanpa menggunakan gaya bahasa akan membuat bahasa dan komunikasi yang digunakan akan berlangsung kaku.Â
Gaya Bahasa Merupakan Representasi Budaya dan DaerahÂ
Dalam materi  pembelajaran Bahasa Indonesia, gaya bahasa indentik dengan pribahasa. Pribahasa ini lebih dekat dengan  bahasa melayu . Bahasa melayu merupakan rumpun terbesar setelah dan termasuk rumpun Austronesia. Rumpun bahasa melayu sudah menghasilkan tiga bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia yang mengusai nusantara, bahasa melayu itu sendiri yang digunakan sebagai bahasa nasional di negara Malaysia. Selanjutnya, di Singapura bahasa melayu juga dijadikan bahasa nasional ke dua setelah Bahasa Inggris.Â
Rumpun Austronesia ini merupakan rumpun terbesar dari sejumlah bahasa di dunia. Di Indonesia sendiri  Bahasa melayu dikuasai hampir sepanjang daratan pulau - pulau yang ada di Nusantara.Â
Bahasa Melayu mempunyai keunikan yang luar biasa, sehingga disebut linggua franca, artinya bahasa ini sudah digunakan oleh kerajaan kerajaan besar di nusantara sebelum Indonesia itu ada. Kerajaan seperti Samudra Pasai di Aceh, Sriwijaya di Sumatera dan Gajah Mada , mereka sudah menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa perhubungan.Â
Pada zaman dahulu, mereka menganggap orang -orang yang punya keunikan dalam menggunakan  gaya bahasa sebagai orang cerdas dan orang pilihan. Kemampuan bergaya bahasa ria  telah mencerminkan kecerdasan yang dimiliki. Orang - orang yang punya kompetensi bergaya bahasa tinggi akan dijadikan juru bicara pada kerajaan - kerajaan besar.Â
Hal ini terbukti bahwa gaya bahasa mengambil peran yang luar biasa dalm mengangkat harkat dan martabat seseorang. Dari pemahaman tersebut munculah anggapan bahwa  orang- orang cerdas, cerdik, bijak, dan bijaksana akan tampak pada pengelolaan gaya bahasa saat berkomunikasi, baik formal maupun non formal.
Menguasai Gaya Bahasa Berarti Menguasai Seni  Berbahasa
Berbicara itu seni, maka nikmatilah! itulah sebuah motto yang sering terdengar dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada materi bahasa Indonesia.Â
Selanjutnya," Pembicara itu tidak dilahirkan, akan tetapi diasah" motto ini merupakan sebuah Ikon untuk memotivasi pembicara dalam materi debat. Permasalahannya adalah bagaimana hubungannya dengan gaya bahasa yang dimiliki oleh seseorang?
Seseorang dianggap cerdas dalam berbicara apabila Ia mampu meracik dan meramu gaya bahasa dengan menggunakan diksi yang bertenaga, sehingga mampu mempersuasif dan menghipnotis pendengar terhadap tujuan dan  materi pembicaraan.Â