Mukhlis, S.Pd., M.Pd.Â
Negeriku
Meracau balau dalam gemilau
Hukum digusur ke gunung-gunung
Kota-kota telah diracuni bisingnya napas para korupsi
Borok menganga dikeribungi lalat
Negeriku betapa ngeri dirimu
Merkuri menerangi pelacur jalanan
Maling mendengkur di dada persada
Lembaran sayap garuda diserak di jalan politik
Orang miskin antri puluhan kilometer
Mulutnya menganga menunggu tetesan berasÂ
Negeriku
Dua ratus  tujuh puluh juta rakyat,Â
duduk mengharap cita dalam kapal pesiarmu
Â
Negeriku
Hutan-hutan dibabat,
Sawah-sawah  ditanami gedung Â
Â
Negeriku apes benar nasibmu
Kemarin pagi kulihat ibu muda mengendap-ngendap di
balik tong sampah
Besi pengait di tangan tampak aus, digigit puntung
rokok dan kaleng bekas
Â
Negeriku
Napasku tersangkut di tenggorokan
Ludahku mengental dalam kerongkongan
Aku membatin
" Beginikah nasib pemulung di negeri kaya?"
Negeriku...
Kemana lagi aku dan mereka mengadu?
Pada wakil di gedung terhormat?
Mereka juga biang maling dalam perahumu
Bukankah kami telah mewakilkan semua pada mereka?
Kami ingin...
Rumah mewah
Mobil bermerek
Jalan jalan keluar negeri
Itu Semua sudah mereka wakili
Lhokseumawe, November  2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H