Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd
Desahmu mengeruk dadaku
Resahmu  mengiris kupingku
Buliran air mata membasuh ubun- ubun
Andai dalil membolehkan, kusedu bulir itu untuk wudhu ku fardhu ini
Serak parau mu merangkak  dalam dada
Aku terdiam dalam gelisah
Andai  angin dalam genggaman
Kuhembus rasa itu dalam jasadku
Aku tak punya daya  menatap perih menari pada wajahmu
Aku menanam sedih dalam barisan sajak
Penaku membisu dalam kalut
Pikiran menerawang mengejar bayang
Seolah lubang hitam menata kisah
Wahai bagian jiwa...
Kasihku terlalu kecil mengusung  resah
Hanya doa lewat tumpukan bait
Ku Kirim lewat alunan napas di ujung malam
Wahai jiwa  lelah menadah kasih
Pejamkan sayu matamu pada -Nya
Titipkan tasbih sebagai imbalan
Biar perih itu menuju lembah
Lhokseumawe, November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H