Selanjutnya, keberadaan kaum laki-laki di warung pada kopi di Aceh hanya sekedar untuk membicarakan perkembangan pembangunan yang ada di desa dan kadang mereka melakukan diskusi politik ala warung kopi.
Berada di warung kopi bagi masyarakat Aceh khususnya kaum laki -laki adalah seperti adanya suatu kewajiban. Intinya warung kopi yang ada di Aceh adalah rumah kedua bagi kaum laki laki
Warung Kopi di Aceh Masa Kini
 Perkembangan  terjadi sangat cepat , dunia seolah - olah menjadi sangat kecil. Waktu berputar begitu cepat, jarak antara satu tempat dengan lainya seperti dilipat.Â
Informasi didapat begitu mudah. Keadaan aman tentram tiba-tiba bisa menjadi ( Virus Aktual) atau  Viral. Orang -orang mulai berjauhan silaturahmi berkurang, orang- orang jauh mulai dekat dalam genggaman. Teman- teman dekat, tetangga sahabat kerabat mulai dijauhkan.Â
Hal di atas tentunya  berdampak pada tranformasi budaya yang ada dalam masyarakat Aceh khususnya berkaitan dengan warung kopi. Bentuk warung kopi yang dulu sederhana, kini berubah menjadi cafe - cafe megah yang didatangi pengunjung dari berbagai strata dan satus Sosial.Â
Dahulu, informasi yang didapat di warung kopi hanya dari orang -orang yang punya intelektual atau surat kabar lokal, itupun hanya terdiri dari beberapa halaman dan kolom. Â
Hal di atas, kini telah menjadi sebuah transformasi budaya masyarakat Aceh. Tersedianya Jaringan WIfi setiap  cafe yang ada di Aceh telah mengubah sikap, pola pikir dan tindakan  masyarakat Aceh.Â
Jaringan internet gratis tak  berbayar membuat masyarakat yang berkunjung lebih mudah berselancar mencari berbagai informasi untuk berbagai keperluan.Â
Kehadiran kaum perempuan sebagai pelayan - pelayan di cafe saat ini bukan lagi suatu hal yang tabu dalam masyarakat Aceh. Â Gadis - gadis remaja dengan segala penampilan telah membawa daya tarik tersendiri bagi pengunjung warung kopi.
Tentunya kehadiran gadis - gadis remaja dengan balutan pakaian muslimah menambah nuansa Keacehan dalam budaya baru masyarakat Aceh.Â