Oleh: Â Mukhlis, S.Pd.,M.Pd.
Â
setiap aksara bukan untuk melumpuhkan bola mata
bait -bait tidak hanya menyalurkan perasan cengeng
kemasan tema bukan mengelabui pembaca kasmaran
para penyair bukanlah penyembah nafsu belaka
puisi adalah pipa disusun bersambung
menyalurkan rasa penatnya jiwa
menggelitik rezim -rezim tirani
meyampaikan jeritan para jelata
membongkar kebenaran dibalik kezaliman
bait -bait itu bukan tumpukan kalimat tak bermakna
mengintip dibalik kenikmatan tuhan
mengetuk pintu- pintu langit walau tangan berlumpur
menyeburkan makna makna hakikat seorang insan
puisi itu laksana selat di bibir pantai
mengairi seluruh pelosok jiwa  ketontang
menghidupkan pohon pohon bakau yang kegerahan
menghijaukan telaga hidup akibat kemarau kasih
puisi itu laksana busur di tangan pemburu
menohok buruan dengan ujung pena berdarah
membidik para pengkhianat negeri
membela para jelata yang terkarantina
puisi itu bukan pemuas hawa nafsu
menyampaikan hasrat birahi yang menggebu
Lhokseumawe, November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H