Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.PdÂ
" Jaroe Bak Cangkoi Mata U Pasai"Â
Itulah sebuah filosofi masyarakat Aceh yang paling terkenal jika berbicara dengan kurikulum. Apapun jenis bentuk, dan struktur kurikulum tetap mengacu pada filosofi di atas. Jaroe Bak Cangkoi Mata U Pasai" Â Kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya ( Tangan pada gagang cangkul dan mata orang yang memegang cangkul tersebut harus menuju ke arah pasar) Â
Filosofi tersebut kalau dianalisis dan dikaitkan dengan kurikulum  adalah sebuah analogi yang membutuhkan sebuah kajian mendalam. Analogi yang digunakan adalah seorang petani yang berada di desa. Ketika lahannya sudah siap digunakan untuk bercocok tanam , maka dia akan menganalisis tanaman l apa yang layak di tanam? Berapa lama waktu masa menunggu panen? Pada saat panen bagaimana kondisi pasar berkaitan dengan harga? Pertanyaan- pertanyaan ini telah mengajarkan seorang petani untuk semangat dan giat dalam bercocok tanam.Â
Dalam ilmu penelitian, pertanyaan semacam tersebut merupakan sebuah studi pendahuluan. Kajian ini dibutuhkan oleh seorang peneliti untuk menentukan arah, tujuan dan instrumen penelitian yang dibutuhkan. Â Selanjutnya studi pendahuluan yang dilakukan oleh seorang petani dalam bercocok tanam membuktikan bahwa dalam bertani pun walupun kecil - kecilan membutuhkan sebuah analisis yang matang. Sebagai contoh seorang petani tomat , Dia terus saja menanam tomat dalam jumlah yang banyak.Â
Akan tetapi harga tomat tersebut mengalami harga turun drastis, karena semua petani lainpun menanam tomat. Disamping itu Dia tidak punya kreativitas untuk memanafakan tomat yang terlalu banyak dimiliki untuk diolah dalam bentuk lain yang bernilai guna.Â
Kiranya tiga paragraf di atas cukuplah sebagai skemata berpikir pembaca terhadap analogi antara petani tomat dengan kurikulum merdeka yang berlaku di dunia pendidikan selama ini. Selanjutnya, secara konseptual yang berlaku secara umum, kurikulum adalah suatu rancangan pembelajaran yang mengandung berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu yang sudah ditentukan. Konsep ini jika dikaitkan dengan kurikulum Merdeka yang berlaku saat ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai bahan renungan bagi pemerintah, guru dan para pakar pendidikan yang ada di tanah air.Â
Penulis tidak ingin menggiring pembaca pada pembahasan kurikulum secara universal yang menghasilkan sebuah polemik panjang dalam berpikir. Perlu diketahui bahwa setiap pergantian kurikulum ada saja kontroversi yang dimunculkan baik secara politik, sosal dan ideologi. Â Ada saja pendapat baru yang muncul untuk mempertentangkan dan meng- aminkan kurikulum yang sedang diterapkan..
Melihat struktur dan nomenklatur yang digunakan dalam kurikulum merdeka terlalu luas , penulis akan membatasi tulisan ini pada satu bagian yaitu Proyek , Penguatan Profil Pelajar Pancasila ( P5).. Sebenarnya pada setiap kurikulum P5 ini sudah ditanamkan dengan baik, namun sistem pelaksanaanbya disatukan dalam setiap pembelajaran dengan istilah tersendiri pada setiap kurikulum misalnya  ( Sikap afektif, ada Kompetensi Inti ) dalam beberapa kurikulum yang sudah berlaku.Â
Dalam Implementasi kurikulum Merdeka  ( IKM)hal ini lebih dimunculkan dan memberikan pemagangan tersendiri, sehingga pemerintah mengalokasikan 1 jam pembelajaran masing-masing guru yang mengajar materi P5 tersebut.Â