Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Bumi Meluah Rasa

8 November 2023   13:10 Diperbarui: 8 November 2023   13:29 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd 

Setelah bulan bermuram durja di paruh masa

Bumi bingung terhuyung- huyung dirundung duka

Matahari mengibas panas  warna tembaga

Gunung -gunung berdentang mual meludah sembarangan

Kabut  mengoplos udara malam bersenda ria di pucuk -pucuk ranum

Semenjak bumi mendua pada matahari

Suara -suara berselingkuh dalam genggaman

Bayi- bayi melonpat tingkap diusir dari rahim suci

Ibu muda telanjang dada mengobral nafsu di stasiun kereta

Semenjak bulan melingkar merah pada cincin matahari

bocah-bocah polos menyeret  sang bunda

dengan bibir dan lidah bercabang empat

Isteri- isteri nakal menjunjung harta suaminya di ubun- ubun

Di arak dalam kotak.berwarna ungu menjadi abdi dunia semu

Semenjak bumi berontak dalam rupa dan tanda

Pendosa berjingkrak -jingkrak di atas   sebuah rasa 

Di sana di negeri peninggalan Musa

Datjal- datjal mulai berbenah menebar prahara 

Di bawah sungai Eufrat nan kerontang 

musuh- musuh keluar dari lobang gelap

Semenjak marahari menelan embun

Bulan menghisap pasang

Bumi meraung -raung

Angin mrnguap panas

Api menjulur memburu lahan - lahan tandus

 

Semenjak tanda membusur makna

Bumi menderita dalam luka menanti duka

Lhokseumawe. November 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun