Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd
Telah ku bebaskan kepakan sayapmu wahai merpati jinak
Silakan terbang dan hinggap di pohon kaktus mana suka
Pesona warna  bulu sayapmu telah menggiurkan ranting beracun upas
Jemari mungilku perih menahan punai yang melilit
 Terbanglah...!
Mengangkasa merpatiku,mungkin ada pelangi baru di jagad ini
Mataku terlalu rabun mengawal gaya samba mu menari dalam awan
Sia - sia rasanya aku menyemburkan nafasku pada kaki lentik merah merona
Pipihmu terlalu mudah mengundang pecundang
Aku tak sanggup menjegal suara terkukur merdu merayu penikmat semu
Wahai merpatiku...
Kau  bersandiwara di depan sutradara langit
Lengkingan elang putih mengejek di pucuk cemara
 Coba lihat Sang camar menyambar buih sisa bayangan kisah
Duhai merpati jingga...
Kenapa kuku abu abu menggaruk cerita pilu?
Mengapa kau tak mau mengulas sebuah balada, ketika bulu sayapmu berwarna rebung?
Kenapa kau terbang memutar mencakar langit-langit cinta
Saat bayangan pecundang ku hapus dalam awan  kabut penutup jalan
Wahai merpati indah dalam kenangan
Aku lelah mengusir pesonamu  pada tatapan kucing garong yang mengintai
Burung burung gelatik sering mengusik
malamku, mereka ku usir dengan  penemu yang senyawa dengan ibu jari
Bebaslah ...!Â
terbang kemana suka wahai merpati jingga
Tebarkan pesonamu pada pucuk pucuk menjulang
Jika jemu menghinggapi penatmu, kirim pesan lewat desiran angin
Aku pemilik punai siap menunggu, walau sayapmu hancur ditikam duri kaktus tempat kau berteduh
Lhokseumawe, 5 November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H