Oleh : Mukhlis, S.Pd, M.Pd.
Angin barat berteriak menampar  telinga
 Cahaya memantulkan kebohongan di ubun-ubun
Pantai di bibirmu meludahkan  riak kecil mengusung kecurigaan
Semalaman  Kau sulam cerita selama satu purnama
Tiba-tiba igauanmu terpeleset di luar alurÂ
Sendiri kuusung keresahan, hingga subuh kulangkahi tanpa beban
Lubang kebohongan menganga  menerkam cemburu menderu
Kulihat  bola matamu  tak selaras dengan jiwa
Jidatmu berkerut, Â ruang dada memberontak pada diksi rekayasa
Kau coba iringi dengan musik kemesraan biar lirikmu tak menebus saraf
Tlah kau campakkan pada wajahku, peluh murka  menggantung di dagu kesabaran
Aku menyimpan diri pada sepinya  ruangÂ
Auman harimau di dada kuhentikan dengan taraian indahmu
Improvisasimu mengharukan  penonton jalanan, Â
Arah cerita melompat di tingkap naskah
Sandiwaramu monoton kawan....
Satu persatu isi teater menyelinap keluar lewat pikiran
Lhokseumawe, Â November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H