Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencipta Sosok Fiksi yang Imajinatif

30 Oktober 2023   21:33 Diperbarui: 30 Oktober 2023   21:39 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh :Mukhlis, S.Pd., M.Pd.

Menulis sastra adalah suatu kegiatan berpikir yang imajinatif. Imanjitif sendiri merupakan adalah suatu pola pikir secara kreatif dan inovatif.  Pertanyaan pemandu dalam tulisan ini adalah bagaimana sih peran tokoh dalam cerita yang imajinatif. Pertanyaan seperti ini kadang jarang diperhatikan oleh penulis, apalagi yang baru berkutat dalam dunia kepenulisan.  Apalagi si penulis belum banyak mengonsumsi tulisan- tulisan yang bernada fiksi.
Pengalaman dari amatan penulis dalam menilai tulisan cerpen di kalangan peserta didik menunjukkan bahwa tokoh yang digunakan dalam cerita fiksi terlalu stagnan.

Artinya tokoh yang seharusnya berfungsi sebagai pengantar alur dalam cerita jadi mengambang, sehingga ketertarikan pembaca untuk menyusur lebih dalam cerita jadi terhenti. Sudah dipahami bersama bahwa peran tokoh dalam cerita fiksi adalah roh yang harus dihembus pada setiap bidang cerita yang dihantarkan.

Lalu siapa tokoh bagaimana perannya dalam cerita fiksi.? Sujiman Panuti ( 1998 : 23) mengemukakan bahwa tokoh adalah sosok rekaan yang diciptakan oleh pengarang dalam cerita. Perannya  punya korelasi erat dengan cerita.

Selanjutnya  tokoh secara umum mempunyai tiga dimensi yaitu dimensi psikologis, phisiologis dan sosiologis. Ketiga dimensi tersebut akan dikupas secara jelas pada tubuh tulisan ini. Dimensi psikologis artinya tokoh yang dihadirkan dalam cerita fiksi adalah punya psikologis yang mapan dan mirip dengan tokoh dalam  cerita nyata. Jika merujuk pada ilmu psikologi tokoh itu punya perubahan sikap atau tingkah laku sebagaimana yang ada dalam teori behavior.

Perubahan karakter tokoh yang tidak tetap membuat pembaca berasumsi bahwa tokoh itu benar benar ada bukan rekayasa belaka.  Temparamen tokoh yang selalu berubah dari sedih menjadi senang dari  ceria tiba tiba menangis ini termasuk replika kehidupan sebenarnya.  Hal- hal seperti ini dalam cerita fiksi, kemunculannya dipicu oleh stimulus yang direkayasa oleh pengarang.

Emosional tokoh yang disetting dengan berbagai konflik  membuat pembaca larut dalam gelora kehidupan sang tokoh. Emosional yang dilakapkan pada tokoh oleh pengarang telah menarik emosional pembaca untuk menentukan keberpihakan pada cerita yang dihantarkan.  Sebenarnya psikologi tokoh dalam cerita fiksi, jika diusut lebih dalam akan berdampak pada psikologis dari pengarangnya.

Selanjutnya dimensi tokoh yang kedua adalah dimensi psiologis. Dimensi ini menggambarkan bentuk fisik tokoh yang menyerupai tokoh pada kehidupan sesungguhnya. Dalam hal ini semua atribut yang dimiliki tokoh misalnya hidung, mata. Kaki dan tangan juga dimiliki oleh tokoh dalam dunia imajinasi.

Hanya saja tokoh rekaan ini tidak memiliki kesamaan yang kompleks dengan dunia nyata.  Jikapun ada kesamaan salam bentuk fisik ini hanya kebetulan belaka tanpa ada unsur kesengajaan. Untuk cerita -cerita tentang biografi tokoh biasanya tokoh rekaan ini diobservasi secara komprehensif dan akurat hingga kesamaan gaya dan tingkah laku betul betul menyerupai tokoh yang diceritakan.

Dimensi ketiga dari tokoh adalah  sosiologis tokoh.  Status sosial yang dimilki tokoh pada hakikatnya sama dengan tokoh dalam kehidupan sesungguhnya. Berbagai peran sosiologis yang diperankan tokoh merupakan representatif tokoh nyata pada dunia sesungguhnya. Dengan kata lain tokoh bisa berperan sebagai guru, dosen, tukang becak, petani dan bahkan gelandangan. Setiap misi sosial yang diemban oleh tokoh selalu punya pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Dalam konteks  lain, Tarigan ( 1996) menyatakan bahwa berdasarkan kemunculannya dalam  cerita tokoh dibagi dua yaitu tokoh utama dan tokoh  pembantu. Berdasarkan  karakteristik yang dipunyai tokoh dibagi tiga yaitu tokoh antagonis, protagonis dan tirtagonis. Ketiga hal ini sudah dipahami secara umum kiranya penulis tak perlu berpeluh peluh menguraikan hal ini secara kompleks.  Namun yang menjadi soal dalam hal menciptakan sosok fiktif adalah bagaimana sang pemilik cerita menggambarkan setiap karakter tokoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun