Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd
Dalam kehidupan secanggih ini dengan Konsep Artificial Intelegensi, guru hampir tidak dibutuhkan lagi. Pertanyaannya mengapa hal itu bisa terjadi?Â
Jawabannya sangat sederhana dan mudah dipahami. Hal ini karena semua kebutuhan utama peserta didik, baik yang berhubungan dengan keterampilan dan penguasaan konsep sudah ditempatkan dalam perpustakaan dunia  dengan berbagai mesin pencari (searching )
Dua hal yang dimaksud dalam uraian di  atas kemampuan mengusai konsep ( pengetahuan) dan keterampilan  yang dimiliki  dan dipelajari oleh guru. Hal ini tentunya berkaitan  dengan kompetensi yang dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian.Â
Â
Keempat kompetensi ini hampir semua dimiliki dan sudah dilahirkan oleh bidan intelektual dan teknologi yaitu Artificial Intelegensi (AI). Â Diantara ke empat kompetensi tersebut hanya satu yang belum dicari jalan keluar oleh teknologi yang canggih ini. Â Adapun kompetensi tersebut adalah kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru.Â
Seandainya para instruktur, youtuber, dan para penyaji materi atau blogger yang ada di dunia maya memiliki sebuah kompetensi kepribadian yang kompeten dan bisa dijadikan contoh. Hal ini bisa dipastikan bahwa pembelajaran benar benar berubah dan memiliki arti tersendiri. Kompetensi kepribadian adalah sebuah sifat, tabiat, dan kebiasaan  dimiliki oleh seorang guru yang menjadi sumber inspirasi dalam ruang -ruang bersekat pada setiap sekolah. Kompetensi ini  tidak muncul secara serta merta. Karakter menurut ilmu psikologi adalah sebuah pembiasaan dari sebuah sikap, tindakan dan pola pikir yang bisa dijadikan referensi bagi orang lain.
Â
Membiasakan kebiasaan yang bernilai positif tertama di kalangan guru membutuhkan adenalin berpikir sekaligus bersikap. Artinya , dalam kompetensi kepribadian guru adalah role model yang dijadikan referensi bagi siswa di sekolah. Peserta didik yang kritis, inovatif dan kreatif dalam berpikir , bertindak dan bersikap dalam diamnya mereka akan menjadikan kepribadian guru sebagai bingkai atau frame dalam mewujudkan cita - cintanya.Â
Guru adalah Sosok yang Ditiru dan Digugu
Filosofi ini memberikan sebuah batasan bahwa guru itu tidak bisa digantikan oleh apapun  dan siapapun. Untuk beberapa komponen yang dimiliki guru hampir bisa dipastikan kecuali yang berhubungan dengan kepribadian. Pertanyaannya bagaimana sih agar guru mampu bertahan dari teknologi Artificial Intelegensi (AI)?Â