Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Negeri Gaduh

27 Oktober 2023   06:58 Diperbarui: 27 Oktober 2023   06:59 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh: Muklis Puna

carut marut birokrasi antri  dari menteri  hingga  selebritis.
prostitusi diumbar  obral menggelegar lewat tong ajaib,
gentayangan kesasar ke  gubug gubug lusuh

selingkuhan politik menggelitik hati  pencinta aksara
kuli tinta tertimbun  rupiah merah merekah  
pembantu  kerajaan kayangan terang-terangan , berang-berangan demi  mutiara tak bercangkang

catut -mencatut  mendarah daging pada penyemarak negeri
marwah    negeri luntur tercerabut di hati pengejar asa,
media sosial bebas telanjang tak terbatas
mulut mungil tak.bergusi menggigit  besi baja laksmana coklat

negeri seolah tak berpayung  hukum
pribumi dicap teroris dipancung di tiang gantungan

ketika warga asing digantung
pegiat HAM meradang, lobi iblis diperankan untuk membebaskan bandit penyebar racun

di sini hukum tak tegak, lembaran berserak serak, dipungut praktisi penjilat rupiah milik orang-orang berada yang silap di mata hukum.

kegaduhan sahut -menyahut sambut menyambut menjadi satu

 pihak asing dilindungi  menguras  bumi persada
aset negara satu persatu berpindah ke tangan asing
ibu pertiwi menangis, anak tiri  diberi fasilitas negara.
anak kandung jadi kuli  mengisi pembangunan

Pendidikan bodong  terhoyong--hoyong, kurikulum diterapkan secara  ganda  para pendidik  disibukkan dengan perangkat.
waktu tersita hanya untuk sebuah penilaian,
nilai tebak tebakan di anggap fakta

negeri gaduh,  para pemimpin  gaduh  rakyat mengeluh hingga berpeluh seluruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun