Oleh:Â Muklis Puna
carut marut birokrasi antri  dari menteri  hingga  selebritis.
prostitusi diumbar  obral menggelegar lewat tong ajaib,
gentayangan kesasar ke  gubug gubug lusuh
selingkuhan politik menggelitik hati  pencinta aksara
kuli tinta tertimbun  rupiah merah merekah Â
pembantu  kerajaan kayangan terang-terangan , berang-berangan demi  mutiara tak bercangkang
catut -mencatut  mendarah daging pada penyemarak negeri
marwah   negeri luntur tercerabut di hati pengejar asa,
media sosial bebas telanjang tak terbatas
mulut mungil tak.bergusi menggigit  besi baja laksmana coklat
negeri seolah tak berpayung  hukum
pribumi dicap teroris dipancung di tiang gantungan
ketika warga asing digantung
pegiat HAM meradang, lobi iblis diperankan untuk membebaskan bandit penyebar racun
di sini hukum tak tegak, lembaran berserak serak, dipungut praktisi penjilat rupiah milik orang-orang berada yang silap di mata hukum.
kegaduhan sahut -menyahut sambut menyambut menjadi satu
 pihak asing dilindungi  menguras  bumi persada
aset negara satu persatu berpindah ke tangan asing
ibu pertiwi menangis, anak tiri  diberi fasilitas negara.
anak kandung jadi kuli  mengisi pembangunan
Pendidikan bodong  terhoyong--hoyong, kurikulum diterapkan secara  ganda  para pendidik  disibukkan dengan perangkat.
waktu tersita hanya untuk sebuah penilaian,
nilai tebak tebakan di anggap fakta
negeri gaduh,  para pemimpin  gaduh  rakyat mengeluh hingga berpeluh seluruh.
Lhokseumawe,   Oktober 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H