Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antara Profesional, Emosional, dan Kebijakan

26 Oktober 2023   14:30 Diperbarui: 26 Oktober 2023   14:33 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencoba mengikuti tekanan yang megatruh Ia takut tsunami posisi akan menggulung jabatan. Intinya kolaborasi profesional dan emosional  yang baik akan melahirkan kebijakan yang bijaksana. Walaupun antara kesenjangan dan harapan muncul menghiasi alur pikir bawahan. 

Sebenarnya ada satu hal lagi yang mempengaruhi sebuah kebijakan dari seorang pemimpin adalah komunikasi dengan bawahan. Komunitas atau mitra tutur dengan bawahan adalah faktor penentu sebuah  kebijakan dan tingkat kepatuhan bagi bawahan. 

Komunikasi ini harus dibangun berdasarkan filosofi demokratis bukan filosofi feodal. Komunitas demokratis adalah sebuah kesetaraan antara bawahan dan pemimpin. Hal ini sering disebut dengan egaliter. Namun jika ditijau secara etimologi Egaliter adalah sama, tidak ada perbedaan, jadi egaliter adalah persamaan derajat pada setiap manusia. Hak-hak adalah sesuatu yang benar, kewenangan, kekuasaan, untuk melakukan sesuatu karena telah ditentukan oleh undang-undang/peraturan lain.http://repository.radenintan.ac.id/8314/1/SKRIPSI.pdf diakses  9 Juli 2022.  

Dalam penyampaian informasi penting kepada bawahan seorang pemimpin dituntut adanya kesantunan berbahasa yang menunjukkan kesamaan dan kesetaraan antara pemimpin dan bawahan. Kesantunan berbahasa dalam menyampaikan perintah merupakan bayangan karakteristik dari sang pemimpin. 

 

Dengan menggunakan bahasa  lembut bersahaja dengan pragmatik yang tepat menghadirkan sikap -sikap empati dari bawahan. Sebaliknya, jika pemimpin tidak menganggap  bawahan sebagai mitra kerja, maka akan berakibat fatal bagi seorang pimpinan. Sikap " Muka Licin Ekor Berkudis" akan dipraktikkan oleh bawahan.

Kontes kekinian yang berlangsung dalam filosofi yang dianut adalah filosofi feodal. Filosofi ini adalah terdapat Tuan dan pelayan dalam sebuah instansi. Ini filosofi zaman penjajahan, seorang pemimpin selalu diminta untuk jadi tuan bukan sebagai mitra. 

Hal seperti ini sudah mendarah daging  dalam masyarakat kita hari ini. Pengaruh penjajahan Belanda selama berabad abad telah mengkristal dalam birokrasi Indonesia. Fenomena yang muncul adalah terdapat jurang yang jauh antara pimpinan dan bawahan. Konsep yang dominan " Pemimpin adalah raja sementara bawahan adalah rakyat yang menjadi pelayan"

Simpulan:

Berbagai kebijakan yang keluar dari seorang pemimpin selalu diwarnai oleh profesional dan emosional. Kedua hal tersebut merupakan suatu perpaduan yang mengerucut pada kebijaksanaan. Setiap kebijaksanaan selalu mengundang kontroversi di kalangan bawahan. Hal ini disebabkan adanya' perselingkuhan antara emosional dan profesional dalam menentukan kebijakan. Ke depan kita berharap munculnya pemimpin- pemimpin bijak yang mampu bersikap secara profesional dan proporsional. Wallahuaklambissawab ...

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi, Pengurus IGI Wilayah Aceh dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun