Mengamati kondisi politik Indonesia kita seakan disuguhi permainan dari sebuah papan catur besar yang dimainkan oleh pemerintah di satu sisi dan pihak non pemerintah di sisi yang lain. Pemerintah yang digawangi oleh Jokowi sebagai pemain utama dan dibantu oleh para pembantunya baik menteri, kapolri, panglima tni serta parpol pendukung, sedang beradu strategi dengan pihak-pihak oposan.
Pihak Oposan
Pihak pertama yang terlihat sebagai oposan adalah SBY dengan PD dan pembantunya seperti Roy Suryo, Rachland Nasidik, Andi Arief, dan sebagainya, Walaupun SBY menyatakan partainya adalah partai penyeimbang, dan Ia tidak secara frontal melakukan serangan-serangan langsung ke pemerintah, tetapi kader-kadernya di bawah sangat vulgar menunjukkan serangan kepada pemerintah dan memang dibiarkan oleh SBY. Gaya SBY dalam menyerang pemerintahan lebih bersifat halus seperti tour de java, jumpa pers sebelum aksi 411 dan tulisan di harian rakyat sebelum aksi 212. Langkah-langkah tersebut adalah langkah-langkah catur yang dimainkan oleh SBY dan Partai Demokrat.
Sejauh ini jokowi pun masih bisa mengimbangi langkah-langkah SBY ini dengan membalas melalui blusukan de hambalang, mengusut kasus 34 pembangkit listrik yang mangkrak, serta tidak mengundang SBY dalam politik makan siangnya. Penangkapan demi penangkapan kader inti partai demokrat yang korupsi pun seakan merupakan tusukan-tusukan tajam kepada partai demokrat yang perlahan mengantarkan mereka pada sakaratul maut. Mungkin agar bisa eksis, strategi menyerang pemerintah adalah pilihan yang diterapkan oleh mereka untuk menarik hati masyarakat. Dalam hal ini PD dan SBY harus hati-hati karena sang pangeran sudah berkali-kali disebutkan namanya dalam sidang, jika ia menjadi tersangka oleh KPK dan kemudian terbukti melakukan korupsi dalam sidang tipikor, maka hal tersebut adalah Bom Atom yang akan memusnahkan eksistensi Cikeas dalam perpolitikan nasional, termasuk akan berimbas pada pencalonan sang kakak. Â
Pihak kedua adalah duo singa parlemen yaitu Fadli Zon dan Fahri Hamzah, beserta para koleganya seperti Rachel Maryam, Desmond Mahesa, dll. Mereka juga termasuk pihak oposan yang juga sering melakukan serangan-serangan politik terhadap pemerintahan Jokowi. Duo singa ini seakan memiliki energi yang tidak ada habis-habisnya dalam mengkritik pemerintah. Mereka selalu memantau dan mengincar celah-celah atau lubang-lubang untuk melakukan tusukan-tusukan kepada pemerintah. Salah satu bentuk aksi mereka yang terakhir adalah menumpang demo 411 dengan inisiatif untuk membuka gedung parlemen kepada para demonstran dan memberikan usul melakukan parlemen jalanan. Sejauh ini langkah-langkah mereka bisa diredam karena mayoritas partai di parlemen adalah partai yang mendukung pemerintah, sehingga auman mereka hanya terkesan garang tapi belum begitu menakutkan.
Langkah Jokowi dalam melawan duo singa ini adalah menggoyahkan "Koalisi Permanen" yang sampai saat ini hanya menyisakan PKS dan Gerindra. Tidak lupa kunjungan dan konsolidasi ke Prabowo adalah salah satu langkah jitu dalam meredam kritik yang dilancarkan duo singa parlemen tersebut. Mereka tentu akan bingung menyerang Jokowi jika bos mereka sangat akrab dan menjalin persahabatan dengan Jokowi.
Pihak ketiga adalah oposan akar rumput, yaitu ormas Islam garis keras yang digawangi oleh Rizieq Syihab beserta para pendukungnya seperti musisi Ahmad Dhani, aktivis Ratna Sarumpaet, Ustad Tengku, dan seleb sosmed seperti Jonru, TofaLemon, dan Portal Pemuja Erdogan (Piyungan) yang sudah sejak awal kontra pemerintah. Ormas Islam garis keras saat ini seakan mendapatkan momentum dan angin segar dengan suksesnya demo 411 dan 212. Dua demo tersebut di satu sisi adalah sebuah bentuk keindahan karena umat Islam bisa bersatu rapi dan tertib, tetapi di sisi lain ada kekhawatiran pada semakin kuatnya pengaruh dan bargain position Islam garis keras dalam kancah perpolitikan Indonesia. Sikap Rizieq Syihab terhadap pancasila saat ini tentu membuat kita was-was akan adanya upaya mengganti Pancasila sekarang dengan Pancasila versi Piagam Jakarta.
Menghadapi hal tersebut jokowi dengan cantik melakukan konslidasi dengan NU dan Muhammadiyah sebagai dua ormas Islam terbesar Indonesia serta MUI sebagai lembaga berkumpulnya ulama Islam. Langkah ini juga terbantu oleh Kapolri dan TNI yang menggunakan pendekatan yang humanis dan taktis dalam mengamankan potensi gesekan-gesekan yang terjadi di akar rumput. Hadirnya Jokowi dalam sholat jumat 212 termasuk langkah cerdas dalam meredam emosi umat Islam akar rumput yang tampaknya oleh beberapa pihak dicoba untuk terus disulut terutama melalui Social Media. Terlihat langkah taktis Jokowi di sini adalah dengan revisi baru UU ITE yang masih kita tunggu efektifitasnya.Â
Pihak keempat adalah pihak-pihak yang masih belum terlihat, mungkin pihak asing yang menginginkan Indonesia terpecah belah, spekulan-spekulan oportunis, atau mafia-mafia hitam yang terganggu oleh kebijakan-kebijakan Jokowi. Peran mereka mungkin tidak terlihat tetapi pengaruh mereka sangat terasa.Â
Pihak kelima yang masih malu-malu kucing adalah PKS yang masih terkesan maju-mundur dalam mengkritisi pemerintah, masih belum jelas mau kemanakah mereka. Semakin tidak jelas maka eksistensi mereka akan semakin tergerus.
Khatimah