Mohon tunggu...
Mukhlisin_Sby
Mukhlisin_Sby Mohon Tunggu... -

Mahasiswa yang di Hukum... masih berada di antara ambiguitas dan ambivalensi...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Makna Satu Juta KTP Teman Ahok

9 Juni 2016   11:14 Diperbarui: 9 Juni 2016   11:24 1423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelumnya saya perlu menjelaskan bahwa saya bukan Ahok Lover maupun Ahok Hater, saya bukan termasuk Geng Onta maupun Geng Babi. Saya hanya menulis apa yang ada dalam pikiran saya, sebagai kebebasan berpendapat dan berekspresi. Jika ada yang sensi saya persilakan, jika ada yang mengamini juga saya persilakan.

Terhitung selasa kemarin (070616) perolehan KTP Teman Ahok sudah mencapai 950.929 KTP. Sebuah angka yang terbilang sangat fantastis. Hasil tersebut diperoleh dalam waktu 4 bulan saja, sehingga rata-rata perbulan, Teman Ahok mampu mengumpulkan sejumlah 250.000 KTP dari warga Jakarta. Dalam beberapa minggu lagi Teman Ahok mengklaim akan mampu mendapatkan 1 Juta KTP yang akan menggenapi kesuksesan mereka.

Hal ini merupakan sebuah fenomena baru dalam perpolitikan Indonesia, dimana seorang calon gubernur, mampu mengumpulkan Jumlah angka dukungan yang luar biasa besar tanpa dukungan partai politik. Jika dibandingkan dengan perolehan suara untuk Pemilu DPRD untuk wilayah Provinsi Jakarta tahun 2014, perolehan dukungan “teman ahok” berada pada posisi 2 di bawah PDI-P. Perlehan suara partai-partai trsebut adalah sebagai berikut:

1. PDIP: 1.231.843 suara (28 kursi)

2. Gerindra: 592.568 suara (15 kursi)

3. PPP: 452.224 suara (10 kursi)

4. PKS: 424.400 suara (11 kursi)

5. Golkar: 376.221 suara (9 kursi)

6. Demokrat: 360.929 suara (10 kursi)

7. Hanura: 357.006 suara (10 kursi)

8. PKB: 260.159 suara (6 kursi)

9. NasDem: 206.117 suara (5 kursi)

10. PAN: 172.784 suara (2 kursi)

Jika dimaknai, maka perolehan satu juta (1.000.000) KTP tersebut adalah sebuah hasil yang mencengangkan. Dengan jumlah suara demikian, jika ikut pemilu DPRD, maka Teman Ahok akan mampu meraih minimal 20 Kursi DPRD, sebuah jumlah yang juga fantastis.

Teman Ahok sendiri bukanlah partai politik, ia hanyalah sebuah kumpulan relawan yang baru beberapa bulan terbentuk. Dengan sistem manajemen yang juga baru jadi. Hal ini berbeda bak bumi dengan langit dengan partai-partai politik yang telah belasan atau puluhan tahun berdiri dengan pengelolaan yang profesional, memiliki jaringan nasional dan pengkaderan yang kontinu. Mungkin bisa diibaratkan Cicak Vs Komodo atau David Vs Goliath atau Daus Mini Vs Agung Hercules.

Menjadi pertanyaan adalah mengapa Teman Ahok mampu bekerja lebih keras, lebih militan, lebih modern, dan lebih efektif-efisien dari partai politik? Mengapa mesin-mesin partai politik tertinggal jauh dari mesin “Teman Ahok”?

Hipotesa saya adalah karena partai politik dikelola orang-orang tua sedangkan Teman Ahok dikelola oleh anak-anak muda. Orang-orang tua di partai politik dengan segala kenyamanan, fasilitas, penghasilan dan sebagainya, sudah terlalu lamban untuk bergerak menghadapi perubahan zaman. Walau punya banyak sumber daya melimpah, ia kadang kurang bisa memanfaatkannya dengan baik karena kurang peka dan kurang bisa mengikuti style saat ini. Kaderisasi di dalam tubuh partai politik untuk membentuk anak-anak muda yang mampu menggerakkan roda-roda partai politik pun selama ini bisa dikatakan macet wal seret. Walhasil hanya tersisa mesin-mesin tua di partai politik yang sudah ketinggalan zaman.

Berbeda dengan Teman Ahok yang masih muda, dimana ia memiliki sebuah kemewahan yang hanya dimiliki oleh para pemuda yaitu “Idealisme”. Dengan semangat yang masih membara Teman Ahok memiliki energi perjuangan yang lebih besar daripada partai politik. Dengan pemahamannya tentang pergerakan zaman, ia mampu bergerak meliuk-liuk mengikuti alurnya dan mencapai tujuan-tujuannya secara efektif dan efisien. Secara head to head tentu parpol pasti ketar-ketir jika bersaing secara fair dengan Teman Ahok dalam kampanye pemilu.

Dan kemudian sebuah peluru dalam Revisi UU Pilkada pun ditembakkan untuk membunuh kerja keras para relawan ini. Sebuah cara-cara klasikal partai-partai berhati busuk dan bermoral machiavelis. Akankah peluru itu mampu membunuh semangat anak-anak muda Teman Ahok, atau peluru itu bisa diredam oleh Putusan Mahkamah Kontitusi. Kita masih bersama menunggu...

Surabaya, 9 Juni 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun