Mohon tunggu...
MUKHLISHAH SYAWALIYAH
MUKHLISHAH SYAWALIYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010129

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi Sarjana dan Menciptakan Etika Kebahagiaan Aristoteles

9 Oktober 2024   23:10 Diperbarui: 10 Oktober 2024   03:29 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PPT Modul Dosen Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si CIFM., CIABV., CIABG

Namun, kebahagiaan menurut Aristoteles tidak hanya datang dari pengetahuan, tetapi juga dari penerapan kebajikan moral dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan tidak akan lengkap jika hanya membekali seseorang dengan pengetahuan tanpa memberikan pemahaman tentang bagaimana seharusnya hidup secara etis. 

Oleh karena itu, pendidikan tinggi juga harus mengajarkan nilai-nilai kebajikan moral seperti kejujuran, keberanian, keadilan, dan kebijaksanaan.

Dalam kehidupan modern, sarjana sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan etis yang memerlukan kebijaksanaan dan penilaian moral yang baik. Misalnya, seorang sarjana ekonomi mungkin harus mempertimbangkan dampak sosial dari keputusan-keputusan keuangan yang dibuat, atau seorang sarjana ilmu politik harus mempertimbangkan aspek keadilan dalam kebijakan publik. 

Dalam konteks ini, konsep kebajikan moral Aristoteles sangat relevan karena membantu para sarjana untuk memahami bagaimana tindakan mereka dapat berkontribusi pada kesejahteraan diri sendiri dan masyarakat.

Bagaimana Menerapkan Etika Kebahagiaan Aristoteles dalam Kehidupan Sarjana?

Menerapkan etika kebahagiaan Aristoteles dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang sarjana dapat dimulai dengan memahami dan menjalani kehidupan yang berlandaskan kebajikan. Ada beberapa cara untuk menerapkan konsep ini:

  1. Mengembangkan Kebajikan Intelektual dan Moral: Menjadi sarjana berarti memiliki tanggung jawab untuk terus mengembangkan kebajikan intelektual dan moral. Pendidikan tinggi adalah kesempatan untuk memupuk kemampuan berpikir kritis, analitis, dan etis. Sebagai contoh, seorang sarjana seharusnya mampu mempertimbangkan berbagai sudut pandang dalam suatu permasalahan dan membuat keputusan berdasarkan prinsip-prinsip moral yang benar.
  2. Menjalankan Hidup Sesuai dengan Tujuan Tertinggi: Aristoteles berpendapat bahwa setiap manusia memiliki tujuan hidup tertinggi yang dapat dicapai melalui pengembangan potensi diri dan kebajikan. Bagi seorang sarjana, ini berarti bahwa pendidikan bukan hanya alat untuk mendapatkan pekerjaan atau status sosial, tetapi juga sarana untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan bermanfaat bagi orang lain.
  3. Mempraktikkan Kebijaksanaan (Phronesis): Kebijaksanaan praktis atau "phronesis" adalah salah satu kebajikan utama dalam etika Aristoteles, yang melibatkan kemampuan untuk membuat keputusan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, seorang sarjana harus mampu menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari pendidikan untuk membuat keputusan yang bijaksana, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
  4. Membangun Komunitas yang Baik: Aristoteles juga percaya bahwa manusia adalah makhluk sosial, dan kebahagiaan tidak dapat dicapai secara terisolasi. Oleh karena itu, seorang sarjana harus berusaha untuk berkontribusi pada masyarakat dan membangun komunitas yang baik. Ini dapat dilakukan melalui keterlibatan dalam kegiatan sosial, memberikan kontribusi ilmiah yang bermanfaat bagi masyarakat, atau bahkan hanya dengan menjalani kehidupan yang penuh integritas dan kebajikan.
  5. Menghargai Proses dan Bukan Hanya Hasil Akhir: Salah satu pelajaran penting dari etika Aristoteles adalah bahwa kebahagiaan tidak hanya berasal dari pencapaian hasil akhir, tetapi juga dari proses untuk mencapainya. Menjadi sarjana adalah perjalanan panjang yang penuh dengan tantangan dan pembelajaran, dan proses ini sendiri merupakan bagian dari kebahagiaan. Seorang sarjana harus mampu menikmati proses belajar dan tumbuh, bukan hanya fokus pada gelar atau status yang akan diperoleh.

Mengapa Etika Kebahagiaan Penting bagi Sarjana di Dunia Modern?

Di dunia modern yang penuh dengan tekanan dan persaingan, konsep kebahagiaan sering kali dihubungkan dengan kesuksesan material, kekayaan, atau popularitas. Namun, dalam pandangan Aristoteles, kebahagiaan sejati lebih dari sekadar pencapaian luar. Ini melibatkan pemahaman tentang diri sendiri, hubungan dengan orang lain, dan kehidupan yang bermakna.

 Sarjana modern sering kali dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit, baik dalam karier maupun kehidupan pribadi. Dalam situasi seperti ini, etika kebahagiaan Aristoteles dapat menjadi panduan yang berharga.

Sebagai contoh, seorang sarjana yang mengejar kesuksesan karier mungkin dihadapkan pada dilema etis seperti memilih antara bekerja untuk perusahaan yang tidak memiliki etika bisnis yang baik atau mempertahankan integritas moralnya. 

Dalam situasi ini, pemahaman tentang kebajikan dan kebahagiaan yang diajarkan oleh Aristoteles dapat membantu seseorang membuat keputusan yang tidak hanya berdasarkan keuntungan materi, tetapi juga pada apa yang benar secara moral dan sesuai dengan tujuan hidup tertinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun